TEMPO.CO, Bengkulu - Menjelang kedatangan Presiden Joko Widodo ke Bengkulu, ratusan kapal penangkap ikan yang menggunakan pukat harimau mendadak menghilang sejak dua hari lalu. Biasanya mereka beroperasi di perairan Bengkulu. (Blusukan, Jokowi Diminta Berantas Pencurian Ikan)
Aktivitas para nelayan pengguna pukat harimau ini meresahkan nelayan kecil di Bengkulu dan sekitarnya. "Mereka tahu Pak Jokowi akan mendatangi para nelayan, kapal-kapal yang biasanya menangkap ikan menggunakan trawl (pukat harimau) di laut Bengkulu mendadak hilang,” kata Oki, nelayan setempat, saat ditemui Tempo, Selasa, 25 November 2014. (Empat Kapal Ikan Ilegal dari Thailand Ditangkap)
Presiden Joko Widodo memang berencana melakukan kunjungan kerja ke sejumlah provinsi. Di antaranya Bengkulu. Rencananya, salah satu agenda kunjungan Jokowi yakni melihat potensi kelautan yang belum tergarap optimal di provinsi yang terletak di sisi barat Pulau Sumatera ini. (Sebanyak 30 Persen Terumbu Karang Indonesia Rusak)
Menurut Oki, salah satu masalah yang dihadapi nelayan Bengkulu adalah kapal-kapal besar yang menggunakan pukat harimau. Penggunaan pukat harimau dilarang karena merusak ekosistem laut. Saat ini ada 250 lebih kapal yang menggunakan pukat harimau untuk menangkap ikan di perairan Bengkulu. “Melawan trawl lebih berat daripada menghadapi kenaikan (harga) BBM (bahan bakar minyak),” ujarnya.
Ihwal lenyapnya kapal pukat harimau, Oki yakin, para pencari ikan itu sengaja menyimpan peralatan mereka karena Presiden akan datang. Peralatan ini diduga disimpan di hutan atau ditenggelamkan di tengah laut dengan diberi pelampung dan dipindai dengan menggunakan koordinat global positioning system. (DPR Minta Pemerintah Perhatikan Nelayan)
Sementara itu, ihwal penggunaan pukat harimau oleh nelayan besar di perairan itu, Komandan Angkatan Laut Bengkulu Letkol Laut Amrin Rosihan Hendrotomo mengakui maraknya aktivitas tersebut.
"Saya mengetahui informasi tersebut dari perwira intelijen kami. Memang marak aktivitas pengambilan ikan dengan trawl, karena mereka merupakan masyarakat nelayan Bengkulu sendiri, yang kita ketahui adalah nelayan kecil. Maka langkah-langkah persuasif seperti diskusi dan dialog saat ini digalakkan," kata Amrin.
Berdasarkan pantauan Tempo, tidak tak ada persiapan khusus untuk menyambut kedatangan Jokowi. Petugas kelurahan setempat mengungkapkan, mereka diminta tidak menyiapkan tempat dialog secara berlebihan. Suasana di lokasi itu sendiri saat ini masih seperti biasa, tak ada tenda atau umbul-umbul yang terpasang. Hanya terlihat beberapa anggota pasukan pengamanan yang menyisir lokasi dialog untuk mengamankan lokasi itu sebelum Presiden tiba.
PHESI ESTER JULIKAWATI
Terpopuler :
Jokowi Akui Larang Menteri Rapat Bersama DPR
Harga Pertamax Turun Jadi Rp 9.000-an
Rapat Pleno Golkar Ricuh Diserbu Massa
Siapa 18 Inisiator Interpelasi Jokowi Soal BBM?
Sebelum Tewas, Sri Kerap Jemput ke Kantor Jean
Begini Cara Jean Alter Hapus Jejak