TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan puluhan perusahaan tekstil akan merelokasi pabrik ke Vietnam dan Myanmar. Kemudahan birokrasi dan rendahnya upah buruh menjadi daya tarik di kedua negara itu.
"Yang sudah jelas, tiga perusahaan akan pindah ke Vietnam," kata Ade, Senin, 24 November 2014. (Baca: Upah Ideal Buruh Bekasi Rp 7 Juta)
Menurut Ade, kenaikan harga bahan bakar minyak, ditambah kenaikan upah minimum provinsi memperberat beban perusahaan tekstil. "Dilematis. Jika upah buruh dinaikkan, bagaimana. Tidak dinaikkan, bagaimana," ujarnya. (Baca: Wali Kota Bekasi: Upah Buruh Tetap Rp 2,9 Juta)
Berdasarkan laporan yang diterima API, kata Ade, pascakenaikan harga BBM, buruh meminta kenaikan upah rata-rata 15-20 persen. Padahal batas kewajaran yang bisa diterima perusahaan yakni menaikkan 11 persen. "Hitungannya, inflasi 7 persen, 4 persen buat kenaikan termasuk upah," ucapnya. (Baca: Buruh Jawa Tengah Tolak Penetapan Upah)
Ade menjelaskan, dalam kondisi yang kian berat, selain hengkang ke luar negeri, beberapa perusahaan tekstil di wilayah Jabodetabek juga sedang menyusun rencana pemindahan pabrik ke daerah lain di Indonesia. Misalnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. (Baca: Buruh Blokade Jalan Tol Cikarang Utama)
Ade menambahkan, tahun lalu 60 pabrik tekstil dipindahkan ke Jawa Tengah. Tahun ini, diperkirakan, jumlahnya akan bertambah di atas 100 pabrik.
Di tengah maraknya tuntutan kenaikan UMP, Ade berharap pemerintah daerah bisa menjadi penengah yang bisa memberikan solusi bagi kedua belah pihak. Dengan demikian keberlangsungan investasi tetap terjaga. "Pemerintah daerah seharusnya menjadi mediator, bukan menjadi koordinator salah satu pihak," tuturnya.
JAYADI SUPRIADIN
Terpopuler:
Kata Susi, Ini Kebodohan Indonesia di Sektor Laut
Warga Singapura Memuji Jokowi Presiden Masa Depan
Jokowi atau Prabowo Presiden, BBM Tetap Naik
Pengamat: Jokowi seperti Sinterklas