TEMPO.CO , Jakarta:Pakar politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sudjito, memperkirakan konflik antara elit Partai Golkar bisa berujung pada eksodus kadernya untuk membentuk partai baru. Ini terjadi apabila konflik terus berkepanjangan dan semua kubu di partai ini tidak menemukan konsensus.
"Artinya, masalah defisit figur (pemersatu), berujung pada defisit organisasi," kata Arie kepada wartawan di kampus Fisipol UGM pada Sabtu, 29 November 2014.(Baca: Prabowo Diundang Munas Golkar)
Arie mencatat Partai Golkar sudah beberapa kali mengalami perpecahan di masa pasca reformasi sehingga kadernya menyebar di banyak partai baru seperti Gerindra, Hanura dan Nasdem. Konflik kali ini mengindikasikan ada efek yang sama dengan perseteruan antar elit partai itu sebelumnya karena juga membelah sikap kadernya di daerah. "Kalau Ical ngotot, Golkar akan alami atomisasi, terpecah jadi (partai) kecil-kecil," ujar Arie.
Menurut dia sebenarnya perpecahan internal partai-partai politik di masa pasca reformasi menjadi fenomena umum. Sebabnya, Arie menambahkan, hampir semua partai menerapkan strategi pembangunan organisasi yang salah. Konsolidasi semua partai terjadi karena aliansi kepentingan elit dan bukan sebab kesepakatan pada nilai ideologis.(Baca: 3 Strategi Agung Laksono cs Taklukkan Ical)
Akibatnya, perpaduan antara masalah defisit figur dan manajemen organisasi yang buruk mudah memicu ambruknya konsolidasi partai. Arie menambahkan dua masalah Golkar tersebut diperparah dengan efek pertikaian dua koalisi, pendukung Jokowi dan Prabowo, pasca Pemilu Presiden.
Karena itu, Arie menambahkan, konflik di internal Golkar saat ini sebenarnya merupakan memomentum ujian partai warisan Orde Baru ini. Golkar bisa kembali solid hanya dengan kemunculan konsensus di antara elitnya dan menjalankan reformasi organisasi. "Ini warning untuk Golkar, termasuk juga untuk partai lain yang berkonflik seperti PPP," kata Arie.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita Lain
Media Jiran: Jokowi Pakai Jurus 'Ganyang Malaysia'
Jokowi dan SBY Seolah Saling 'Sindir' di Medsos
Kapal Diusir, Media Jiran Tuding Jokowi Sekutu AS
3 Cerita Manis dan Pahit Malaysia di Era Jokowi