TEMPO.CO, Yogyakarta - Yayasan Arsari Djojohadikusumo membangun sebuah museum mini, yang menampilkan sejumlah informasi dan artefak dari situs Majapahit di Trowulan, di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Museum bernama Mandala Majapahit tersebut diresmikan oleh pemilik Yayasan Arsari, Hasjim Djojohadikusumo, Jumat, 5 Desember 2014. "Ini untuk berikan inspirasi mengenai Majapahit di kalangan mahasiswa dan akademikus," kata Adik Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subiato itu di sela peresmian. (Adik Prabowo Sebut Hasil Wawancaranya Dipelintir)
Sebelumnya, yayasan milik Hasjim juga membangun Mandala Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur pada Juni lalu. Pembangunan itu merupakan kelanjutan dari program Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia yang dimodali oleh yayasan milik Hasjim. Riset itu berlangsung sejak 2008 dan melibatkan sejumlah peneliti dari Universitas Indonesia, UGM, Universitas Udayana dan Universitas Hasanuddin.
Museum itu terletak di lantai I Gedung Margono Djojohadikusumo FIB UGM. Luasnya hampir menyerupai lapangan bulu tangkis. Lokasinya merupakan bekas ruangan perangkat komputer di FIB UGM. (PDIP Anggap Hashim dan Prabowo Sparring Partner)
Sebagian dinding dan lantainya berupa batu bata merah tanpa pelapis. Pintu museum terbuat dari kayu jati kuno yang tidak diperbaharui cat pliturnya. Belasan papan kayu jati berusia tua juga dipasang membentuk panggung kecil di salah satu sisi ruangan.
Di sana, banyak buku, skripsi serta tesis karya mahasiswa dan akademikus UGM mengenai arkeologi Majapahit. Sementara, artefak paling mencolok ialah replika Situs Segaran II berupa tempat mandi di masa Majapahit. Sebagian batu bata di replika situs itu merupakan peninggalan asli kerajaan Majapahit di Trowulan. (Hashim Bangga Dua Anaknya Jadi Anggota DPR )
Di sana, ada banyak contoh artefak gerabah berukuran mungil berupa babi, kepala orang, celengan dan belasan pecahan kendi. Ada pula dua buah celengan sebesar bola tenis berbahan tanah liat lengkap dengan kepeng koin yang termasuk artefak asli peninggalan Majapahit. Selain itu, ada sekitar tujuh foto berukuran besar yang menampilkan gambar candi dan lokasi tempat situs Majapahit di Trowulan.
Arkeolog FIB UGM Daud Aris Tanudirjo mengatakan museum Mandala Majapahit memang dibuat sederhana. Menurut dia, artefak asli dan tiruan di sana hanya untuk memancing imajinasi pengunjung saja. Konten museum yang paling penting, menurut Daud, justru informasi hasil riset mengenai arkeologi Majapahit.
Daud berpendapat, museum penyimpan artefak dan wajib memuat informasi lengkap mengenai sejarah budaya di masa lalu. Dia mengkritik pengelolaan situs kedaton Majapahit di Trowulan yang melupakan hal ini. "Tanpa informasi, tidak banyak yang bisa didapat oleh pengunjung di museum arkeologi," katanya.
Menurut Daud, benda dari situs-situs masa lalu penting ditampilkan di museum dengan dilengkapi informasi yang memadai. Informasi tersebut bisa menarik perhatian pengunjung karena membuat artefak lebih bernilai. "Museum harus menjadi sumber pengetahuan tentang masa lalu."
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Baca berita lainnya:
KPK Bantah Boediono Sudah Tersangka Kasus Century
Gubernur FPI Sewot Soal Tunggakan Iuran Warga
5 Tanda Partai Politik Bakal Bubar
Tolak Perpu Pilkada, Kubu Prabowo Sebut SBY Pembohong
Bagaimana PSK Maroko Bisa 'Mangkal' di Puncak?