TEMPO.CO, Jakarta: Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs menyatakan akan menunggu pergerakan rupiah hingga Januari 2015. BI akan memikirkan langkah intervensi apabila rupiah terus melemah dibanding dolar Amerika.
"Kalau akhir tahun ini, investor cenderung mengamankan dananya di dolar. Banyak juga yang libur akhir tahun," kata Peter saat dihubungi Tempo pada Senin, 15 Desember 2014. (Baca: Sebab Rupiah Jadi Mata Uang 'Sampah')
Baca Juga:
BI juga memperkirakan The Feds belum akan mengeluarkan kebijakan baru pada awal 2015. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Amerika tengah membaik hingga 3,5 persen pada kuartal ke-3 2014, dan kurs dolar pun tengah menguat. "Kalau mengeluarkan kebijakan saat ini, akan riskan sekali," kata dia. (Baca: Rupiah Masuk Lima Besar Mata Uang Tak Dihargai)
Untuk menjaga kurs rupiah terhadap dolar, salah satunya adalah menaikkan suku bunga perbankan. Hal ini kata Peter, sedang dipertimbangkan meski bukan satu-satunya alternatif yang akan diambil.
Pengamat ekonomi, Yanuar Rizky, menganggap pemerintah harus segera mengambil langkah untuk mencegah rupiah melemah lebih lanjut. Pada 2015, The Feds akan mengambil sejumlah kebijakan yang dapat mempengaruhi stabilitas rupiah.
Pada Januari 2015, akan ada kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin, dilanjutkan pencabutan hak bank atas pasar komoditas pada Maret dan Juni di pasar ekuitas.
"Intervensinya bisa dengan membeli dolar dari bank-bank, kemudian digunakan untuk mempertahankan stabilitas," kata dia. Apabila tak diambil langkah cepat, menurut Yanuar, potensi rupiah untuk terus melemah cukup besar, namun ia tak mau menyebut angka pasti.
URSULA FLORENE SONIA
Berita Terpopuler
Susi: Jangankan Cina, Amerika pun Kita Lawan
Kontras Ancam Laporkan Jokowi ke PBB
Kata KPK Soal Transaksi Mencurigakan Kasus BJB
Buat Film Porno di Gereja, Mengaku 'Malaikat'
Sebab Rupiah Jadi Mata Uang 'Sampah'