TEMPO.CO, Malang - Puluhan orang membubarkan pemutaran film Senyap di Sekretariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Malang, Jalan Mayjen Panjaitan, Kota Malang, Rabu malam, 17 Desember 2014. Mereka masuk ke Sekretariat PMII dan meminta pengurus menghentikan pemutaran Senyap.
"Mereka emosi, nyaris menyerang secara fisik," kata Ketua Bidang Eksternal PMII Cabang Kota Malang Muhammad Faris Abdul Azis, Rabu malam, 17 Desember 2014. (Baca juga: Film Senyap Penolak Sebut Pesantren Dahlan Iskan)
Fariz menyayangkan aksi massa yang menghentikan pemutaran Senyap. Sebab, pemutaran film tersebut ditampilkan untuk kalangan terbatas. Total, ada 50 kader PMII yang hadir menonton dan berdiskusi. Rencananya, sejarawan dari Universitas Diponegoro, Alif Hafidz Ishaq, hadir sebagai pemateri untuk membedah film tersebut. (Baca: Polisi Bubarkan Diskusi Film Senyap di AJI Yogya)
"Kita mengkaji film karya Joshua Oppenheimer, bukan membenarkan film itu," ujarnya. Ia membuka ruang diskusi dengan organisasi masyarakat tersebut. Namun mereka terlanjur emosi dan menghentikan pemutaran. Kajian, tutur dia, rutin dilakukan di Sekretariat PMII dengan berbagai tema. (Baca juga: Alasan Massa Minta Pemutaran Film Senyap Distop)
Sebelumnya, ia mengaku pernah membedah buku putih berjudul Benturan NU-PKI 1948-1965 yang diterbitkan PBNU setahun lalu. Saat itu, kata dia, diskusi berlangsung aman dan tak ada masalah. "Sahabat PMII ini semuanya merupakan santri. Tak perlu dipertanyakan kadar keimanannya," tuturnya. (Baca juga: Pemutaran Film Senyap Dilarang, Apa Kata Kontras?)
Camat Lowokwaru Malang Rustamaji mengatakan pembubaran dilakukan oleh ulama dan tokoh masyarakat. "Mereka meminta PMII membuat surat pernyataan tak memutar film Senyap," ujarnya. (Baca juga: Ini Alasan Rektor Unibraw Larang Pemutaran Senyap)
Aksi massa membubarkan pemutaran Senyap merupakan kali kedua di Malang. Sebelumnya, aksi serupa dilakukan di Warung Kelir pada 10 Desember lalu. Sedangkan pemutaran di Universitas Brawijaya dibatalkan. Rektor melarang pemutaran film tersebut di Fakultas Ilmu Budaya serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
EKO WIDIANTO
Berita lain:
3 Persamaan Heboh Acara Anang dan Raffi Ahmad
Rupiah Loyo, Jokowi Panggil Menteri ke Istana
Jika Ahok Masuk Islam,FPI Akui Status Gubernurnya?