TEMPO.CO , Banda Aceh: Jasa pawang hujan digunakan pada puncak acara peringatan 10 tahun tsunami Aceh di lapangan Blang Padang, Jumat, 26 Desember 2014. Tempo menemukan aneka bunga dan jeruk purut yang ditusuk jarum dan kemenyan yang dibakar di sebuah guci kecil, ditaruh di bawah sebuah pohon di area lapangan tersebut.
Seorang panitia acara mengkonfirmasi. "Ya bang, pake pawang hujan, untuk antisipasi," ujarnya. Menurutnya, sampai Kamis malam dia khawatir karena hujan terus. Lalu diupayakan mencari pawang hujan. "Kami pakai dua orang," katanya sambil meminta namanya tidak disebut.
Hujan memang berhenti mengguyur Banda Aceh sepanjang hari itu. Padahal hari-hari sebelumnya, hujan nyaris tak pernah absen membasahi kota ini selama dua pekan. (10 Tahun Tsunami, JK Berbagi Pengalaman di Aceh)
Bahkan pada Kamis malam, saat zikir dan tausyiah digelar di Masjid Raya Baiturrahman, hujan masih mengguyur. Jamaah zikir khawatir acara akan terganggu bila hujan tak berhenti. "Kalau hujan besok, bisa tak ramai di Blang Padang," kata Herlina, warga Banda Aceh. (10 Tahun Tsunami Aceh, Ini Masalah yang Tersisa)
Lapangan Blang Padang masih becek saat acara peringatan berlangsung, bekas hujan yang membasahi Banda Aceh sampai Jumat subuh. Tenda-tenda telah dipasangi kayu dan karpet sebagai alas. Jumat pagi, hujan mendadak lenyap. (10 Tahun Tsunami Aceh, JK Ziarah ke Makam Lambaro)
Warga Banda Aceh, Nurdin, tak terlalu percaya pada pawang hujan yang bisa membuat hujan tak turun. "Ini kehendak Allah, mungkin semalam ribuan warga berdoa supaya tidak hujan," ujarnya. Ia menambahkan, "Masak di negeri Syariat Islam masih percaya yang ginian," katanya. (Jokowi Batal Pimpin Peringatan 10 Tahun Tsunami)
ADI WARSIDI
Terpopuler:
Puluhan Ribu Orang Jadi Korban Banjir di Malaysia
Jokowi: Sawah Masih Luas, Beras Kok Impor
Gara-gara Vagina, Wanita Jepang Terancam Dibui