TEMPO.CO, Bandung -Dua perahu karet milik Brigadir Mobil Kepolisian Daerah Jawa Barat terus melaju di genanagan banjir setinggi hampir 2 meter di kawasan Bandung Selatan, Ahad, 28 Desember 2014. Mereka tak menghiraukan hujan deras yang mengguyur kawasan cekungan terendah di Kabupaten Bandung.
Tak lama, moncong perahu kayu muncul dari mulut gang. Tangisan bayi yang belakang diketahui masih berusia 2,3 tahun masih terdengar. Tak lama berselang, sebuah pemandangan memilukan terlihat saat perahu kayu selebar 50 cm itu keluar gang dan membawa tiga orang warga. Dua diantaranya adalah seorang bayi yang berada dalam dekapan sang ibu juga seorang kakek berusia 75 tahun yang sedang menderita stroke.
"Masih ada 20 KK yang belum di evakuasi. Mereka meminta dijemput setelah hujan reda," kata Nurdin. Menurut dia, masih banyak warga yang memlilih untuk menetap di rumah masing-masing sejak banjir melanda pada Jumat minggu ketiga bulan Desember ini. Namun, saat mereka mengetahui banjir semakin parah dan tak kunjung surut, sebagian warga yang bandel akhirnya mau dievakuasi. "Sudah kami bujuk tapi mereka tetap memilih tinggal di lantai dua rumah mereka."
Winda, 23 tahun, warga kampung Cigosol, Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, mengisahkan ihwal pengalaman dirinya dan keluarganya yang bertahan selama lima hari di rumahnya yang terendam banjir. Sejak Kamis malam, 18 Desember 2014, banjir sudah menggenangi rumahnya. Namun, ia kira banjir tersebut masih normal. "Kami sudah terbiasa dengan banjir. Hampir setiap tahun rumah kami banjir, ujar dia.
Ternyata, , banjir tahun ini berbeda dengan banjir pada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya dalam 3 hari air sudah surut. "Sekarang mah gak surut-surut. Surut sebentar banjir lagi," ucapnya.
Selama lima hari ia bertahan di dalam rumahnya. Banjir hampir menyentuh lantai dua rumahnya. Ia bersama keluarganya bertahan hidup di lantai dua. Pasokan makanan ia usahakan sendiri. Dengan bantuan kakaknya yang mondar-mandir membeli makanan. "Nggak ada bantuan dari pemerintah. Untuk makan kami usahakan sendiri," ujar dia.
Lima hari sudah ia bersama keluarganya bertahan dalam kepungan banjir. Namun, pada hari ini perjuangan keluarga Winda berakhir. Ia beserta keluarganya terpaksa pindah ke tempat pengungsian karena ia khawatir dengan kondisi anaknya yang masih berusia 2,3 tahun dan kakeknya yang menderita stroke.
IQBALTAWAKAL