TEMPO.CO , Jakarta: Politikus Partai Golkar Ibnu Munzir mengatakan partainya tidak perlu mengadakan Musyawarah Nasional apabila islah personal telah dicapai kedua kubu. Maksud islah personal adalah masalah pribadi antar kader selesai.
"Kalau visinya sudah sama, tak perlu ada munas," ujar Ibnu ketika dihubungi, Ahad, 28 Desember 2014. (Baca: Kisruh Golkar, Akbar: Wajib Islah Demi Agenda 2019)
Soal munas, kata pendukung Agung Laksono ini, sama sekali belum dibahas dalam pertemuan pada 26 Desember lalu. Saat itu, dua kubu berunding di kantor DPP Golkar, Slipi.
Hasilnya, ada tiga dari lima poin yang telah disepakati kedua kubu. Pertama, mereka sepakat meyelesaikan masalah dengan musyawarah, tidak melibatkan pihak hukum.
Kedua, kubu Agung maupun Aburizal juga sepakat tak memperlebar masalah. "Ketiga, sepakat mendukung pilkada langsung," ujar Ibnu. (Baca: PPP dan Golkar Pecah, PAN Waspadai Penyusup)
Menurut Ibnu ada tiga tahapan yang harus dilalui partainya, pertama tahapan islah fisik, yakni soal kesamaan visi dan misi Golkar. Kemudian, islah teknis, soal kepengurusan dan teknis pelaksanaan. "Ketiga, baru soal islah personal," kata Ibnu.
Ibnu mengatakan pertemuan selanjutnya akan dilakukan pada 8 Januari dan akan membahas keikutsertaan Golkar di Koalisi Merah Putih. "Tetap bergabung atau keluar."
Dalam pertemuan Rabu lalu, kedua kubu mengutus beberapa juru runding. Mereka yang masuk dalam juru runding kubu Aburizal Bakrie adalah M.S. Hidayat, Sharif Cicip Sutarjo, Freddy Latumahina, Theo L. Sambuaga, dan Aziz Syamsudin.
Sedangkan dari kubu Agung Laksono ada Priyo Budi Santoso, Yorrys Raweyai, Ibnu Munzir, Agun Gunandjar Sudarsa, dan Andi Mattalatta.
TIKA PRIMANDARI
Baca juga:
Ternyata Upah Buruh Bekasi Bukan yang Tertinggi
Malu Impor Beras Vietnam, Ini Langkah Jokowi
Jokowi Genjot Proyek Jembatan di Papua Rp 1,4 T
Enam Terduga ISIS Dijanjikan Gaji Rp 20 Juta
Kompilasi Foto di Facebook Bikin Pria Ini Menangis