TEMPO.CO, Semarang - Menteri perdagangan Rachmat Gobel mengajak pemerintah daerah untuk membudayakan minum jamu tradisional khas daerah. Ajakan menteri itu untuk mempopulerkan produk daerah yang selama ini sedang bersaing dengan produk sejenis asal negara lain.
"Minum jamu itu budaya yang baik di tengah impor herbal semakin meningkat," kata Rachmat Gobel, saat meresmikan Pasar Bulu di Kota Semarang, Selasa 30 Desember 2014. (Baca: Pegawai Kementerian Perdagangan Wajib Minum Jamu)
Baca Juga:
Gobel mengajak budaya minum jamu yang bisa dimulai dari kantor pemerintahan. Ajakan itu diharapkan akan berdampak besar terhadap perekonomian kerakyatan mulai dari petani yang memproduksi bahan baku hingga penjual jamu di daerah.
"Bisa kita awali seperti mempopulerkan batik yang harus dipakai setiap hari Jumat. Begitu pula minum jamu kantor bisa memulai hari jum;at minum jamu," kata Rachmat Gobel menambahkan.
Menurut dia, efeknya minum jamu tradisional tak hanya sehat bagi pengkonsumsi, tapi petani yang memproduksi bahan baku bisa diuntungkan dengan kenaikan penjualan bahan alam yang ditanam.
Mantan Wakil Ketua Kamar Dangang Indonesia ini menyatakan jamu tradisional merupakan produk khas Indonesia yang tak boleh diklaim oleh negara lain. Ajakan minum jamu yang dilakukan itu juga sebagai upaya untuk melindungi produk khas yang kadang bisa dipatenkan negara lain. (Baca: MS Hidayat Waswas Serbuan Jamu Malaysia dan Cina)
"Jangan sampai seperti produk khas kita lain yang belum dipatenkan namun sudah diklaim oleh negara lain," katanya.
Gerakan mengkonsumsi produk lokal sebelumnya juga disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka UMKM Centre sehari sebelumnya, Senin 29 Desmeber 2014. Ganjar saat itu mengaku bangga adanya salah satu kafe jamu di UMKM centre yang ia resmikan. "Ini akan mempopulerkan produk khas Jateng," kata Ganjar Pranowo.
EDI FAISOL