TEMPO.CO , Jakarta - Proses identifikasi korban pesawat Air Asia diperkirakan akan mengandalkan informasi sebelum kematian atau data antemortem. Menurut Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Markas Besar Kepolisian Brigadir Jenderal Arthur Tampi, proses pencocokan data ini diperkirakan memakan waktu dua pekan.
Menurut Arthur, pencocokan data antemortem terpaksa ditempuh karena jasad korban ditemukan dalam kondisi yang sulit dikenali. “Secara visual sulit diidentifikasi,” kata Arthur kepada Tempo, Selasa, 30 Desember 2014. (Baca: Kronologi Penemuan Puing yang Diduga Air Asia)
Arthur mengatakan jasad korban umumnya ditemukan dalam kondisi membengkak dan tidak menggunakan pakaian. Wajah mereka sulit dikenali. “Kalau sudah tiga hari, pasti sudah membusuk,” ujarnya.
Menurut Arthur, tim Disaster Victim Identification (DVI), telah menghimpun data kondisi korban sebelum kecelakaan sejak beberapa hari terakhir. Data yang dikumpulkan, misalnya sidik jari, rekam gigi, ataupun sampel jaringan DNA (deoxyribonucleic acid). “Sampel pembanding DNA dari pihak keluarga sebagian sudah kami kumpulkan,” katanya. (Baca: Cerita Ganasnya Cuaca Saat Cari Air Asia QZ8501)
Korban musibah pesawat Air Asia QZ8501, yang jatuh pada Ahad, 28 Desember 2014, mulai dievakuasi. Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) menemukan beberapa jasad di Perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Barat. Jasad korban akan diterbangkan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, untuk keperluan identifikasi.
RIKY FERDIANTO
Berita Terpopuler
Puing Diduga Air Asia Ditemukan Nelayan Bangka
Misteri Tiga Menit Sebelum Hilangnya Air Asia
Air Asia Raib, Akun Indigo Ini Bikin Heboh