TEMPO.CO , Kumai - Awak pasukan khusus Basarnas Eko Ashariyanto memberikan tips bertahan bila harus berada di kondisi terapung di lautan seusai kecelakaan pesawat atau kapal. "Kondisi terbaik adalah bertahan di life craft atau sekoci penyelamat, karena biasanya sudah dilengkapi dengan makanan dan obat-obatan," kata Eko, Rabu, 31 Desember 2014. (Baca: KRI Bung Tomo Jemput 3 Mayat Diduga Korban)
Bila tak sempat menaiki sekoci, Eko mengingatkan, setidaknya harus mengenakan life vest. Rompi apung dapat membantu penyintas mengapung di lautan selama minimal tujuh hari.
Penyintas disarankan tidak membuang-buang energi di tengah laut. Untuk meminta pertolongan dari pesawat atau kapal penyelamat, kita dapat menggunakan peluit atau cermin. "Saat siang hari, cermin bisa digunakan untuk memantulkan cahaya matahari ke arah armada penyelamat."
Eko memperingatkan agar air laut tidak diminum. Semakin banyak meminum air laut, kata dia, semakin bertambah rasa haus kita. Penyintas bisa bertahan tanpa minum selama lebih kurang empat hari. Bila hujan turun, air tawar tersebut bisa diminum dan disimpan bila memiliki wadah.
Penyintas sebisa mungkin menghemat tenaga. "Jangan banyak bergerak, biarkan arus yang membawa tubuh," tutur Eko. (Baca: Tiga Mayat Korban Air Asia Dijemput Kapal Perang)
Bila arus membawa penyintas ke pulau tak berpenghuni, untuk mencari tahu makanan apa yang bisa dimakan, dapat dilakukan dengan memperhatikan hewan. Tumbuhan yang dimakan oleh burung atau kambing berarti dapat dimakan karena dipastikan tidak beracun.
Penyintas yang bertahan di dalam kelompok dapat saling menjaga anggota kelompoknya. Cara terbaik adalah berenang dalam bentuk barisan dengan tangan memegang kaki orang yang di depannya. Orang yang tidak begitu pandai berenang diletakkan di tengah barisan.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Berita Terpopuler
Puing Diduga Air Asia Ditemukan Nelayan Bangka
Air Asia Raib, Akun Indigo Ini Bikin Heboh
Misteri Tiga Menit Sebelum Hilangnya Air Asia