TEMPO.CO , Jakarta: Pengamat penerbangan, Ruth Hana Simatupang, mengatakan bandara di Indonesia tidak ada yang dilengkapi dengan radar cuaca. Selama ini, Air Traffic Controller hanya mendapatkan infromasi cuaca dari Badan Meterologi dan Geofisika yang di-update berkala setiap sepuluh menit.
Padahal, kata Ruth, informasi cuaca perlu dimilik ATC secara real time, tidak bisa hanya mengandalkan data BMKG. “Jadi ketika pilot minta izin berbelok karena dihadang awan tebal, persepsi petugas (akan) sama dengan pilot,” kata Ruth saat dihubungi, Selasa, 30 Desember 2014.
Ruth menambahkan,“Apa salahnya meng-upgrade alat navigasi bandara kita dan dilengkapi dengan radar itu." Selama ini fokus upgrade bandara selalu di pelayanan konsumen. Bukannya tidak perlu, namun Ruth menginginkan keselamatan penerbangan harus menjadi fokus utama otoritas bandara. (Baca: Body Air Asia Tampak di Bawah Permukaan Laut)
Direktur Navigasi Penerbangan Kementerian Perhubungan, Nasir Usman, mengatakan bandara Indonesia belum perlu memiliki radar cuaca sendiri. “Punya BMKG sudah canggih dan datanya akurat,” kata Nasir.
Nasir juga mengatakan setiap pesawat saat ini memiliki radar cuaca sendiri dan bisa diatur oleh pilot untuk melihat kondisi cuaca atau awan hingga 100 mil ke depan. “Kalau pilot minta izin berbelok karena cuaca atau badai, ATC juga sudah diperingati oleh BMKG dengan kondisi itu,” kata Nasir. (Baca: Kronologi Penemuan Puing yang Diduga Air Asia)
Di luar negeri, kata Nasir, tidak semua bandara memiliki radar cuaca sendiri. “Alat itu tidak menjadi kebutuhan utama di bandara luar negeri. Hanya sebagai pelengkap,” kata Nasir.
"Kalaupun ingin dilengkapi, itu adalah wewenang AirNav Indonesia," kata Nasir.
Sebelumnya, pada hari naas hilangnya AirAsia QZ 8501 pukul 06.12 WIB, pilot Irianto mengontak Air Traffic Controller Jakarta untuk minta izin belok ke kiri dan naik ke ketinggian 38 ribu kaki untuk menghindari awan comulonimbus di perairan Tanjung Pandan, Bangka Belitung.
ATC menjawab dan memerintahkan pilot tetap mempertahankan ketinggian tapi mengizinkan pesawat menyimpang sejauh 7 mil ke kiri. Namun pilot tidak menjawab ketika dipanggil delapan kali. Lima menit kemudian, 06.17 WIB, pesawat sudah hilang dari radar ATC, baik radar di Jakarta, Pangkalan Bun, Pontianak, dan Singapura.
INDRI MAULIDAR
Berita terkait
Cerita Ganasnya Cuaca Saat Cari Air Asia QZ8501
Air Asia, Ditemukan Serpihan Pesawat di 3 Lokasi
Korban AirAsia, Tim SAR Sempat Sentuh Tangan Jasad
21 Penyelam Evakuasi Jenazah dan Puing Air Asia