TEMPO.CO, Surabaya - Dua awak kapal motor Surya Utama II yang tenggelam di perairan Sumenep, Sabtu, 3 Januari 2015, berhasil diselamatkan. Saat karam, Surya Utama II sedang mengangkut 204 ekor sapi dan 750 ekor kambing dari Situbondo, Jawa Timur, menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dari 13 awak kapal, Ahmad Gobi, 21 tahun, asal Bangkalan dan Ketut Lonjeng, 40 tahun, asal Jembrana, diselamatkan KM Labobar yang tengah melintas.
"Senin (5 Januari 2015) malam, kami mendapat panggilan dari kapal kargo berbendera Panama, MV Fodas Peso Adores, bahwa ada kapal tenggelam di sekitar posisi kami," kata kapten KM Labobar, Labani, setelah sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Selasa, 6 Januari 2015. Saat itu, kata dia, Labobar berjarak 6 mil dari MV Fodas.
Baca Juga:
MV Fodas Peso Adores, kata dia, melihat awak kapal Surya Utama II terapung di lautan. MV Fodas lantas mengontak KM Labobar milik PT Pelni yang tengah berlayar dari Makassar menuju Surabaya. (Baca berita lainnya: Kesaksian Korban Sebelum Jabal Nur Karam)
Pukul 21.00, Labobar langsung menghampiri koordinat yang diberikan MV Fodas. Setelah mendekati lokasi, tiga ABK Surya Utama berenang ke arah Labobar pada pukul 21.26. Namun, karena ombak terlalu besar, Labani tak berhasil menurunkan kapal sekoci. "Kami putuskan menjauh dulu, baru kami datangi. Tapi hanya ketemu dua ABK."
Hingga pukul 00.14 pada 6 Januari, pencarian seorang ABK lainnya tak membuahkan hasil. Akhirnya Labani memutuskan melanjutkan pelayaran ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. MV Fodas kini membawa kapten KM Surya Utama II, Syamsudin, beserta sepuluh ABK yang berhasil diselamatkan menuju Tanjung Perak.
Peristiwa nahas itu bermula ketika KM Surya Utama II dihantam ombak setinggi 4 meter pada Sabtu, pukul 11.00. Pompa utama yang berada di bawah geladak kapal tak mampu menguras air yang menggenang. "Pompanya macet kena kotoran air laut," kata Ahmad Gobi. (Simak juga: 22 Penumpang Perahu Jabal Nur yang Karam Ditemukan)
Selama satu jam, mereka berupaya mengeluarkan air menggunakan ember, tapi gagal. Akhirnya, pada pukul 12.00, kapal pun tenggelam. Ketut menuturkan, sebelum berangkat pada Jumat, 2 Januari, dia telah mengecek segala sesuatunya dan tak ada masalah. Kapal juga tak mengalami kerusakan pada mesin. "Kami biasa berlayar sebulan 2-3 kali untuk rute Situbondo-Banjarmasin itu," ujarnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Berita Terpopuler:
Jokowi Diingatkan Tolak Budi Gunawan untuk Kapolri
Pemandu di Bus Wisata Curhat 'Kejamnya' Ahok
Ulama Malaysia Haramkan Yoga dan Kopi Luwak
Misteri Slot Air Asia, Aroma Kongkalikong Menguat
Kenapa Anak-anak Selamat dalam Kecelakaan Pesawat?