TEMPO.CO, Jakarta - Dalam misi mencari pesawat Air Asia yang hilang sejak Ahad, 28 Desember 2014, Kapal Perang Indonesia Banda Aceh juga mengikutsertakan tiga prajurit dari Korps Wanita Indonesia Angkatan Laut (Kowal). Kamar nomor 354 dan 355 menjadi jatah bagi para perwira wanita di KRI Banda Aceh.
Prajurit Kowal yang ikut di KRI Banda Aceh terbilang sangat muda. Sersan Dua Azmiatul Hasanah, misalnya, mengaku bersama dua Kowal lain, Serda Tri Kusmawardani dan Serda Rizka Aulia Hardi, sama-sama lahir pada 1993. Tri yang kelahiran Jambi memulai kariernya di TNI Angkatan Laut sejak 2012. (Baca: Cari AirAsia, Ada Prajurit Cantik di Kapal Perang)
Para Kowal bertugas menjaga anjungan kapal secara bergantian. "Saat jaga kami bisa menjadi juru mudi dan mengarahkan kapal sesuai haluan," kata Sersan Dua Azmiatul Hasanah, Kowal dari Korps Tata Usaha, kepada Tempo di Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Sabtu, 3 Januari 2015. (Baca: Tragedi Air Asia, 41 Korban Jemaat dari Satu Gereja)
Sesuai korpsnya, saat bertugas di darat, Serda Azmiatul memang lebih banyak berurusan dengan perkara administrasi dan tata usaha. Begitu juga dengan Tri dan Rizka yang merupakan anggota Korps Perbekalan. Meski begitu, ketika berlayar, mereka harus menjadi prajurit yang serba bisa. (Baca: Jenazah Korban Asia dan Kisah Tukang Pel)
Selain mengemudikan kapal, Kowal juga harus siap sedia mendapat peran lain seperti memantau radar atau melakukan evakuasi korban, seperti kasus jatuhnya Air Asia QZ8501. Mereka telah diberi pelatihan evakuasi dengan free fall dan exit swimming bila terjadi kecelakaan di air.
Kepala Bagian Operasi KRI Banda Aceh Mayor Laut Cahyo Hendro Guritno mengatakan keberadaan prajurit Kowal di kapalnya merupakan upaya menciptakan keseimbangan gender dalam prajurit TNI AL. "Minimal persentasenya 70 banding 30 untuk laki-laki dan perempuan," kata Cahyo. (Baca: 4 Jenazah Korban Air Asia QZ8501 Teridentifikasi)
Menurut Cahyo, tak hanya prajurit lelaki yang bertanggung jawab membela negara. Para Kowal dibekali dengan keterampilan sebagai pelaut sesungguhnya, semisal melakukan navigasi dan mengoperasikan peralatan elektronik. "Saat berlayar, mereka akan diperbantukan di anjungan," ujar Cahyo.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Baca Berita Lainnya:
Surat Cinta Menteri Jonan untuk Para Pilot
Risma Tak Percaya Peringatan Dini Amerika Serikat
Kaya Raya, Lima Pesohor Bangkrut dalam Semalam
Turis Jepang Diperkosa Lima Pemuda India
'Jauhi Hotel dan Bank Terkait Amerika di Surabaya'