TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan sikap pemerintah Australia mengeluarkan travel warning kepada warga yang bepergian ke Indonesia hanya mengikuti Amerika Serikat. Kebijakan tersebut mengadopsi pemerintah AS yang menyatakan adanya potensi ancaman teror di Surabaya, Jawa Timur. "Amerika mengatakan begitu, dia (Australia) ikut saja," kata Tedjo di Istana Negara, Rabu, 7 Januari 2015.
Dia menyatakan pemerintah Indonesia belum menerima laporan adanya peningkatan keamanan atau aktivitas kelompok radikal. Hingga saat ini, kata dia, belum ada temuan dan laporan dari Badan Intelijen Negara dan Polri. "Artinya, bukan berarti menafikan tak ada, tapi tetap harus waspada," kata Tedjo.
Menurut dia, setiap negara harus menjamin keamanan warganya yang tengah berada di wilayah lain. Kebijakan travel warning juga lumrah jika ada ketakutan atau kekhawatiran soal pengalaman masa lalu.
Akan tetapi, Tedjo mengatakan, respons yang lebih bijak bagi pemerintah adalah meningkatkan kewaspadaan, bukan ikut mengeluarkan peringatan bahaya. Atas dasar tersebut, pemerintah tak mengeluarkan imbauan kepada warga asing yang tengah bekerja atau berlibur di Indonesia. Yang jelas, dia menjamin pemerintah Indonesia tetap waspada dan telah menginstruksikan kepada BIN dan Kepolisian untuk meningkatkan pengawasan.
Australia memang memiliki pengalaman buruk soal serangan teroris di Indonesia. Sebanyak 88 warga Australia telah menjadi korban dalam beberapa aksi bom bunuh diri yang dilakukan kelompok radikal di Indonesia, seperti Bom Bali I dan II, serta bom di depan kantor Kedutaan Besar Australia.
FRANSISCO ROSARIANS
Terpopuler:
Ahok Pindahkan Lurah Susan dari Lenteng Agung
Cari Air Asia, Prajurit Cantik Juga Kangen Pacar
Isap Tiga Jenis Narkoba, Fariz RM Ditangkap Polisi
3 Prajurit Cantik dan Misi Berburu Air Asia
Cari Air Asia, Ada Prajurit Cantik di Kapal Perang