TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi terus menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Mereka membaca dan menelaah data rekaman percakapan suara di kokpit atau Voice Cockpit Recorder (VCR) dan Flight Data Recorder (FDR) serta puing-puing pesawat yang ditemukan. (Baca: QZ8501: Naik Cepat, Jatuh, dan Ucapan Allahu Akbar.)
Dari hasil penelitian sementara, KNKT tak menemukan tanda ledakan pada pesawat jenis Airbus 320-200 tersebut. "Berdasarkan sebaran puing, temuan korban, dan suara kokpit yang didengar tak ada tanda ledakan," kata seorang pejabat yang mengetahui proses penyelidikan jatuhnya AirAsia, kepada Tempo, Rabu, 21 Januari 2015. (Baca: Laju Naik Air Asia Supercepat Mirip Pesawat Tempur)
Menurut dia, sebaran puing pesawat akan lebih luas dan berbentuk serpihan jika pesawat meledak sebelum jatuh ke laut. Namun tim gabungan Badan SAR Nasional menemukan beberapa puing pada posisi berdekatan dan pecahannya berdimensi besar.
Berdasarkan data rekaman suara VCR, pesawat AirAsia tak meledak di udara. Seperti dilansir oleh kantor berita Reuters, hanya ada suara berisik di kokpit pesawat sebelum jatuh ke Selat Karimata. "Suara dari kokpit tak menunjukkan adanya serangan teroris. Hanya suara pilot yang sangat berisik," kata Andreas Hananto, salah satu investigator KNKT.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Perhubungan DPR, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menyatakan Air Asia sempat meroket sebelum turun mendadak dalam waktu singkat. Awalnya, pesawat tersebut bergerak ke kiri dari jalur M635, jalur yang disetujui oleh ATC, pada pukul 06.17 WIB sebelum naik ke ketinggian 32 ribu kaki. Tiga detik kemudian, pesawat tersebut naik dengan kecepatan tanjak 1.400 kaki per menit.
Lima belas detik kemudian, pesawat naik melewati ketinggian 33,7 ribu kaki dengan kecepatan (rate of climb) tanjakan 6.000 kaki per menit. "Atau berubah 1.700 kaki dalam 21 detik," ujar Jonan, Selasa, 20 Januari 2015. Lalu, pesawat tersebut menembus kecepatan menanjak 8,4 ribu kaki per menit atau berubah 2.500 kaki dalam 27 detik. Kecepatan tanjakan terus berlanjut hingga mencapai ketinggian 36 ribu kaki dengan rate of climb 11 ribu kaki per menit.
Pukul 06.17 WIB detik ke-54, pesawat QZ8501 tiba-tiba turun mendadak, dari ketinggian 37 ribu kaki ke 36 ribu kaki, dalam enam detik. Lalu, turun lagi menuju 29 ribu kaki dalam 31 detik. Pukul 06.18 WIB detik ke-44, pesawat sudah tidak terdeteksi pada radar. Jonan menuturkan keterangan tersebut berdasarkan hasil playback surveillance yang berasal dari radar dan ASDP pesawat tersebut.
Menurut Jonan, sebuah pesawat tempur membutuhkan waktu semenit untuk naik 6.000 kaki. "Itu sangat jarang. Kecepatan rata-rata pesawat komersial untuk naik 1.000-2.000 kaki membutuhkan waktu semenit," kata Jonan. Dia menilai tidak wajar pesawat Air Asia QZ8501 menempuh kecepatan tersebut.
PUTRI ADITYOWATI | ALI HIDAYAT
Berita Terpopuler:
Langgar Tenggat Waktu, Jokowi Ancam Copot Menteri
Membandingkan Bob Sadino dengan Mario Teguh
QZ8501: Naik Cepat, Jatuh, dan Ucapan Allahu Akbar
Nelayan Adukan Cuitan Menteri Susi ke DPR