TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan kurs dolar di pasar global kembali menjadi penekan rupiah hari ini. Di transaksi pasar uang pada saat jeda siang ini, rupiah melemah 23 poin (0,19 persen) ke level 12.643 per dolar Amerika. Rupiah melemah seiring dengan koreksi yang terjadi pada mata uang Asia lain.
Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, menduga pelaku pasar kembali bersikap hati-hati menjelang rilis survei job opening di Amerika esok hari. "Survei ketersediaan lapangan kerja ini menjadi salah satu indikator penentuan kebijakan bank sentral Amerika (The Fed)."
Survei ketersediaan lapangan kerja di Amerika bulan Desember diperkirakan tumbuh 3,4 persen dibanding sebelumnya, 3,3 persen. Pertumbuhan data lapangan kerja di AS lebih baik dibanding periode sebelum krisis 2007.
Selain itu, investor juga menunggu data-data penting Amerika yang lain, seperti jobless claim, data penjualan retail AS, serta data keyakinan konsumen Amerika. Ekspektasi positif atas data-data konsumen juga turut memicu aksi beli dolar.
Lana berharap rilis data cadangan devisa Januari 2015 yang meningkat ke US$ 114,2 miliar dari bulan sebelumnya pada angka US$ 111,8 miliar mampu menahan gempuran dolar. Posisi cadangan devisa ini bisa membiayai 6,8 bulan impor. "Posisi cadangan devisa ini semestinya bisa memberikan tenaga bagi rupiah," ujarnya.
Hingga pukul 12.30 WIB, mata uang regional Asia cenderung melemah terhadap dolar. Won Korea melemah 0.64 persen, peso Filipina melemah 0,25 persen, dan rupee India melemah 0,57 persen. Sedangkan yuan Cina melemah tipis 0,08 persen karena tertahan data surplus perdagangan Januari 2015.
PDAT | M. AZHAR