TEMPO.CO, Bandung - Masalah sampah di Kota Bandung semakin berlarut-larut. Pakar sampah dari Politeknik Negeri Bandung, Sapto Prajogo, menyatakan pengelolaan sampah di kawasan mana pun memiliki kemiripan. "Hal yang menarik adalah kesamaan dalam hambatan, kesulitan, ataupun kegagalan dalam menangani sampah," ujar Sapto di Graha Tirta Siliwangi, Jalan Maluku, Bandung, pada Selasa, 10 Februari 2015.
Menurut Sapto, solusi yang dikedepankan hanya terfokus pada teknologi pengelola sampah saja. Padahal harus ada keseimbangan antara teknologi dan manajemen pengelolaan sampah. "Masalah sampah di Kota Bandung krisisnya itu ada dua bagian, krisis teknologi dan manajemen. Maka, solusinya, ya, membenahi keduanya," katanya.
Sapto menuturkan, strategi pengelolaan lingkungan perkotaan, khususnya pengelolaan sampah, perlu mempertimbangkan empat aspek, yaitu sosial, ekonomi, lingkungan, dan teknis. "Sebagai contoh, sampah dari seluruh Kota Bandung dengan berbagai komposisi dikumpulkan ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di Desa Sarimukti. Dengan pengelolaan apa adanya, ini sangat tidak efektif dan menjadi masalah besar," ujarnya.
Jadi, Sapto menegaskan, perlu adanya hubungan client-server antara masyarakat dan Pemerintah Kota Bandung. "Salah satu standar layanannya adalah pemilahan sampah," tuturnya.
Padahal, menurut Sapto, jika sampah dikelola dengan benar, hasil penelitiannya pada 2009, nilai penggunaan langsung sampah Kota Bandung sebesar Rp 205 miliar. "Kalau sekarang, saya kira nilainya akan jauh lebih besar," katanya.
Nilai itu merupakan hasil dari ekstraksi sampah selama satu tahun. Mengingat sampah yang dihasilkan Kota Bandung sekitar 5.508 meter kubik per hari. Uraiannya, 1.213 meter kubik tidak dapat diolah dan langsung dikirim ke TPA serta 2.809 meter kubik dapat diolah menjadi kompos (sampah organik).
Sedangkan sampah organik yang dapat diekstrak dan berkeuntungan profit sebesar 1.516 meter kubik per hari, yang terbagi menjadi industri berbasis sampah plastik dengan ekstrak sampah sebanyak 645 meter kubik per hari dan industri berbasis sampah kertas 577 meter kubik per hari.
AMINUDIN