TEMPO.CO, Tangerang - Juru bicara PT Angkasa Pura II Achmad Syahir mengatakan sampai saat ini belum diketahui penyebab pecahnya pipa induk saluran air bersih di Bandara Soekarno-Hatta yang menyebabkan terganggunya pasokan air bersih di kawasan bandara terbesar di Indonesia itu. "Penyebabnya masih diselidiki," kata Achmad Syahir kepada Tempo Sabtu 14 Februari 2015.
Menurut Syahir, pipa induk yang pecah berada di lokasi pembangunan stasiun kereta bandara yang saat ini sedang dalam tahap konstruksi. Syahir tidak mau berspekulasi jika pecahnya pipa air untuk yang pertama kalinya itu akibat dari aktifitas pembangunan stasiun itu. "Masalahnya akan terjawab dari hasil penyelidikan tim teknisi kami," katanya.
Selain menyelidiki penyebab pipa pecah, tim teknisi juga butuh waktu untuk memperbaiki bagian pipa yang bocor tersebut. "Sehingga kami belum bisa memastikan kapan masalah ini bisa teratasi secara total," katanya.
Menurut Syahir, pipa induk yang pecah merupakan saluran penyuplai air bersih ke terminal I, 2 dan 3 bandara. Karena pecah, tekanan air menjadi turun. "Dari 4,5 barr, kini hanya 3 barr," katanya.
Hal ini berdampak sekali pada suplai air ke terminal 1 dan 3. "Perbaikan tahap awal membuahkan hasil, sejak pukul 4.30 tadi pagi, air di terminal 3 sudah normal, hanya di terminal I belum teratasi," katanya.
Senior Manager Pelayanan Bandara Soekarno-Hatta, Andika Nuryaman mengakui jika krisis air bersih di bandara Soekarno-Hatta hingga Sabtu malam masih terjadi. Pengelola bandara, kata dia, telah melakukan upaya manual dalam mengatasi masalah tersebut dengan cara mengerahkan mobil pemadam kebakaran untuk menyuplai air bersih ke terminal I.
"Khususnya untuk toilet dan kamar mandi," kata Andika. Mobil tangki air, menurutnya, selalu siaga dan dilakukan terus sampai kerusakan pipa teratasi.
Sementara itu, anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Husna Zahir menyayangkan putusnya aliran air di Bandara Soekarno-Hatta. Kondisi itu membuktikan jika manajemen bandara belum mempersiapkan layanan publik secara optimal. “Bandara sekelas Soekarno Hatta harusnya bisa mengantisipasi kekurangan pasokan air itu,” ujar dia saat dihubungi, Sabtu, 14 Februari 2015.
Husna mengatakan, kebutuhan air hampir sama pentingnya dengan listrik di bandara. Meski tidak memengaruhi penerbangan, air merupakan kebutuhan dasar manusia. Apalagi, air yang diperuntukkan bagi kamar mandi mutlak harus dipenuhi oleh pengelola bandara internasional. “Karena kebutuhan itu tidak bisa ditahan-tahan,” kata dia.
JONIANSYAH