TEMPO.CO, Bojonegoro - Festival batu akik di Bojonegoro yang sedianya digelar pekan ini diundur menjadi pekan kedua Maret mendatang. Penyebabnya, panitia tak siap lantaran jumlah peminat festival ini membeludak. "Tak disangka, peminatnya tinggi," ujar ketua panitia Festival Akik Bojonegoro, Suyanto, Senin, 16 Februari 2015.
Kepala Seksi Pelestarian Budaya Tradisional Dinas Budaya dan Pariwisata Bojonegoro ini mengatakan persiapan panitia sebenarnya sudah dilakukan cukup lama. Panitia telah memilih tempat wisata api abadi di Kecamatan Dander sebagai lokasi penyelenggaraan festival ini. "Tapi perlu persiapan yang lebih matang," katanya.
Baca Juga:
Menurut dia, festival tersebut akan menampilkan berbagai jenis batu akik berkualitas, seperti bacan hijau, sulaiman madu cokelat, burma abu-abu, rubi merah-ungu, badar besi hitam, serta kecubung rambut putih kekuning-kuningan. "Batu-batu itu diadu di festival," ujar Suyanto.
Kolektor batu akik di Bojonegoto, Purwanto, 31 tahun, menyatakan senang atas rencana penyelenggaraan festival akik ini karena bisa menambah pengetahuannya seputar akik. Apalagi dalam satu bulan terakhir jenis-jenis batu akik terus berkembang. "Sebagai kolektor, tentu saya berminat ikut (festival)," ujarnya.
Di Bojonegoro, kerajinan batu akik terpusat di Desa Wotan Ngare, Kecamatan Kalitidu. Ada beberapa perajin batu akik yang hingga kini masih terus bertahan. Perajin ini mengerjakan batu yang dibentuk sesuai dengan pesanan, misalnya oval, kotak, limas, dan bentuk lain. Adapun bahan baku akik diambil dari beberapa sungai, antara lain Sungai Kalitidu yang merupakan anak Bengawan Solo.
Desa Jari di Kecamatan Gondang yang sebelumnya terkenal sebagai sentra kerajinan batu marmer dan onyx pun mulai merambah akik. Batuan yang diambil dari Gunung Gajah itu belakangan juga digunakan sebagai bahan pembuatan akik.
SUJATMIKO