TEMPO.CO, Jakarta - Pasar Santa menjadi pasar yang terkenal di Ibu Kota. Pasar tua yang berlokasi di Kebayoran Baru itu kini bersolek menjadi salah satu tempat hangout alias tempat nongkrong dan kumpul-kumpul anak muda Jakarta.
Memasuki gerbang utama, pasar yang terletak di Jalan Cipaku ini memang tampak seperti pasar tradisional pada umumnya. Di lantai dasar pasar, rata-rata kios di tempat itu diisi pedagang pakaian, sepatu, dan penjahit. Muna, 30 tahun, pedagang sekaligus penjahit, mengatakan bahwa suasana lantai dasar di pasar memang seperti itu setiap hari. Tak ada kepadatan pengunjung di sini.
Namun, ketika naik ke lantai 1, barulah muncul keramaian. Suasana riuh tampak di lokasi jajanan yang dikenal dengan Foodcourt Pasar Santa. Lokasi itu selalu ramai dan penuh pengunjung, terutama pada jam makan siang hingga memasuki sore hari. Berbagai jenis makanan dijajakan di tempat ini. Mulai dari makanan tradisional, seperti ayam bakar atau nasi goreng, sampai makanan internasional, seperti hot dog atau cemilan Jepang, takoyaki.
Baca juga: Harga Sewa Kios Pasar Santa Mendadak Melonjak Naik, Mengapa?
Tampilan dan suasana di lantai 1 pasar itu berbeda dengan lantai dasar. Tampilannya diubah layaknya tempat kongkow dan hangout anak muda. Sejak pertengahan 2014, lantai 1 pasar itu disulap menjadi foodcourt atau lokasi jajanan dengan kios-kios makanan yang meriah dan ramai dikunjungi anak-anak muda. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Jakarta yang bosan berkunjung ke pusat perbelanjaan atau mal.
Andreas, 28 tahun, seorang pengunjung, mengatakan bahwa ia beberapa kali menyempatkan diri makan siang di tempat ini. ”Harganya terjangkau. Pilihan makanannya juga banyak,” ujar dia.
Para pedagang di lantai ini tak melulu menjual makanan. Berbagai kios unik ada, misalnya saja, kios yang menyediakan jasa mencuci sepatu. Kios itu bernama Shoebible. Kios ini untuk pencucian sepatu premium atau sneakers. Kios lain menjual piringan hitam, bernama Laidback Blues. Kios berukuran 2x2 meter ini menjual sejumlah piringan hitam yang biasa ditemui di pasar loak.
Musyawaroh, 45 tahun, pedagang yang sudah lama berjualan di Pasar Santa, mengatakan Pasar Santa sebelumnya sepi sejak revitalisasi pada 2007. Menurut dia, di lantai 1 pasar tersebut dulu diperuntukkan bagi para penjahit. Namun, kata dia, karena sepi pengunjung, para penjahit memilih turun ke lantai dasar.
Kios-kios di lantai 1 itu pun sepi dan dibiarkan. Bahkan, ada yang mengembalikan kios yang sudah didapatnya ke manajemen. Namun, memasuki Agustus 2014, kios-kios di lantai 1 mulai diisi oleh pedagang baru yang berasal dari komunitas-komunitas.
Baca juga: Pedagang Pasar Santa Keluhkan Harga Sewa Lewat Petisi
Sebagai pedagang lama, Musyawaroh mengatakan sejak adanya komunitas itu Pasar Santa jadi lebih ramai. ”Dari awal buka pada 2007 memang meningkat, sih,” kata dia. Namun, dia kecewa lantaran harga kios yang dia sewa kini akan naik.
Kepala Pasar Santa Bambang Sugiarto mengatakan tak tahu persis persoalan kenaikan harga sewa kios. Soalnya, kata dia, PD Pasar Jaya sudah tak menyewakan kios lagi. ”Semua kios sudah dimiliki perseorangan dan developer,” kata dia. Artinya, dia melanjutkan, jika ada harga kios yang akan dinaikkan, itu merupakan kesepakatan antara pemilik kios dengan pedagang yang menyewa.
Terkait masalah ini, Bambang mengatakan, pihaknya hanya bisa membantu memfasilitasi pertemuan kedua belah pihak. Menurut Bambang, pihak PD Pasar Jaya terus mengupayakan agar pasar yang sudah mulai ramai itu tetap ramai. ”Baik bagi pedagang lama atau pedagang baru seharusnya mereka bisa bersinergi,” kata dia.
NINIS CHAIRUNNISA