TEMPO.CO, Bojonegoro - Saat masyarakat menggerutu gara-gara harga beras melonjak naik, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro justru gembira dengan kenaikan tersebut. Alasannya, kenaikan harga beras dan gabah akan berdampak positif bagi petani.
Sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Timur, menurut Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Ahmad Djupari, naiknya harga beras dan gabah menjadikan Bojonegoro hidup. Terlebih sebentar lagi mereka akan memasuki musim panen raya.
Jika saat musim panen nanti harga masih tinggi, hal itu akan menjadi keuntungan besar bagi masyarakat di pedesaan. "Jadi itu sesuatu yang positif," kata Ahmad kepada Tempo, Rabu, 25 Februari 2015.
Ahmad mencontohkan, pada Januari 2015, tanaman padi yang sudah mendekati panen sebanyak 72 ribu hektare dengan rata-rata produksi 6,5-7 ton per hektare. Karena itu, kata dia, yang sekarang perlu dijaga adalah bagaimana mempertahankan kondisi tanaman padi. Paling tidak, petani bisa panen dengan baik, tidak terserang hama, dan juga tidak ada bencana banjir.
Sejauh ini harga gabah di tingkat petani, menurut Ahmad, terbilang bagus. Misalnya, saat dia melakukan pengecekan di Kecamatan Padangan dan sekitarnya, harga gabah kering panen Rp 4.000-4.200 per kilogram. "Walaupun yang beli tengkulak, jika harganya tinggi, tentu petani untung," katanya.
Namun pernyataan Ahmad justru berbeda dengan pengakuan Kusnudin, petani di Desa Kebunagung, Kecamatan Padangan. Menurut Kusnudin, harga gabah kering panen maksimal hanya Rp 4.000 per kilogram, bahkan bisa di bawahnya. Harga ini tentu berbanding terbalik dengan harga beras di tingkat petani, yang bisa di atas Rp 8.000 per kilogram. "Harga gabahnya yang belum naik," ujar Kusnudin kepada Tempo, Rabu, 25 Februari 2015.
Saat ini para tengkulak sedang beramai-ramai mendatangi sejumlah lumbung padi di Kabupaten Bojonegoro. Mereka memborong gabah dan beras yang dua pekan terakhir ini harganya melambung tinggi.
Menurut para tengkulak, dibanding daerah lain, harga gabah dan beras pada tingkat petani di Bojonegoro masih terbilang murah. "Mereka memborong beras maupun gabah langsung dari petani," kata Miftahudin, petani di Kecamatan Padangan, Bojonegoro, kepada Tempo, Selasa, 24 Februari 2015.
SUJATMIKO