TEMPO.CO, Jakarta - Kelangkaan beras yang disusul kelangkaan tabung elpiji perlu diantisipasi agar tidak mengerek laju inflasi Februari 2015.
Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan, setelah kisruh beras, elpiji 3 kilogram mulai sulit ditemui di pasaran. Padahal elpiji 3 kilogram ini digunakan oleh rumah tangga dan industri rumahan, termasuk pedagang kaki lima. "Disparitas harga antara tabung 12 kilogram dan 3 kilogram menjadi penyebabnya."
Presiden Joko Widodo menaikkan harga gas elpiji 12 kilogram pada Januari lalu menjadi Rp 11,2 ribu per kilogram atau Rp 135 ribu per tabung. Sedangkan harga gas elpiji 3 kilogram tetap Rp 6 ribu per kilogram atau Rp 18 ribu per tabung.
Dengan selisih yang besar, pengoplosan tabung elpiji 12 kilogram menggunakan tabung 3 kilogram sangat rawan terjadi. Apalagi pemerintah dalam waktu dekat akan mempertimbangkan kemungkinan kenaikan harga elpiji 3 kilogram. "Rencana kenaikan harga elpiji 3 kilogram bisa semakin menambah kelangkaan," ungkap Lana.
Menurut Lana, bila tidak diantisipasi, hal ini bisa memicu kenaikan harga dan selanjutnya berdampak pada kenaikan harga makanan dan inflasi. Ia mengingatkan, dalam empat bulan terakhir, selalu ada tekanan pada harga bahan makanan. "Akhir tahun lalu, harga cabai melonjak. Kemudian, pada bulan Januari, harga telur naik. Dan bulan ini, harga beras ikut naik hingga 30 persen."
Kendati demikian, ia optimistis indeks harga konsumen pada Februari ini masih sesuai dengan ekspektasi. Diprediksi, Februari ini akan tercatat deflasi sebesar 0,22 persen atau 6,38 year-on-year.
M. AZHAR