TEMPO.CO , Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat agar tetap mewaspadai fenomena angin langkisau atau puting beliung dan hujan es selama masa peralihan musim dari hujan ke kemarau.
Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Radjab menyatakan bahwa beberapa wilayah di Indonesia telah melewati puncak musim hujan.
"Umumnya setelah periode ini kondisi atmosfer sangat dinamis, perubahan cuaca akan cenderung menjadi lebih cepat," katanya di Jakarta, Ahad, 1 Maret 2015.
Bersamaan dengan kondisi tersebut, kata dia, keberadaan awan-awan kumulonimbus masih sangat potensial dan biasanya akan muncul pada siang hingga menjelang malam hari.
Fenomena angin puting beliung dan hujan es di beberapa tempat di Indonesia, seperti di Klaten, Yogyakarta, Depok, Bandung, dan Bengkulu, menurut dia, dari sisi dinamika atmosfer fenomena ini memang mungkin terjadi, terutama ketika ada perbedaan suhu yang mencolok pada pagi dan siang hari.
Salah satu penyebab terjadinya angin puting beliung adalah adanya awan kumulonimbus. Angin ini memiliki pola yang hampir mirip dengan tornado tetapi dalam skala kecil. Fenomena puting beliung dan hujan es ini masih berpotensi terjadi, terutama pada peralihan musim dari musim hujan ke kemarau.
BMKG mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati terhadap kemungkinan terjadinya angin puting beliung dan hujan es yang disebabkan oleh awan kumulonimbus ini.
"Secara kasat mata awan ini dapat dikenali dari bentuknya yang khas, yaitu berwarna gelap dan tampak besar seperti bunga kol," katanya.
Langkah antisipasi yang dapat dilakukan adalah, antara lain, dengan merapikan pohon-pohon yang tinggi dan rapuh, atap-atap rumah yang mudah terempas dan berlindung ketika terjadi angin puting beliung.
Sebelumnya, bencana angin puting beliung terjadi di Desa Sidorejo, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, Selasa, 24 Februari 2015. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bengkulu menyatakan sejumlah orang terluka, lima rumah rata dengan tanah, dan 45 rumah lainnya rusak.
ANTARA