TEMPO.CO, Subang - Harga beras tinggi ternyata tak berpengaruh sama sekali terhadap penjualan harga gabah yang baru dipanen para petani di salah satu daerah sentra pangan nasional, Subang, Jawa Barat. Salah seorang petani di Kecamatan Pagaden Barat, Dian, kepada Tempo, Rabu, 4 Maret 2015, mengatakan gabah kering panen (GKP) yang dijualnya kepada tengkulak langsung di area persawahan hanya dibanderol Rp 4.500 per kilo gram atau Rp 450 ribu per kwintal.
"Saya bingung, kok harga jual gabah tetap murah, padahal kualitas gabahnya bagus," ujar Dian. Ia membandingkan dengan harga jual beras medium yang saat ini masih bercokol di kisaran Rp 12 ribu per kilogram.
Alhasil, Dian tetap tak mendapatkan untung besar dari hasil penjualan padinya yang baru dipanen di atas lahan seluas 2 hektare tersebut. "Kalau dihitung dengan ongkos produksi, ya, pas-pasanlah," ujar Dian. Ia menyebutkan ongkos produksi per hektare rata-rata Rp 6-7 juta.
Kepala Bidang Produksi Kabupaten Subang Asep Heryana mengatakan rendahnya harga jual GKP saat ini karena rendahnya kualitas gabah yang dihasilkan. "Karena curah hujan masih tinggi, sehingga kadar airnya tinggi," ucapnya. Dengan begitu, tengkulak menurunkan harga beli.
Saat kondisi cuacanya bagus, Asep yakin harga gabah di pasaran akan tinggi. "Soal harga jual gabah sangat ditentukan oleh cuaca," tuturnya.
Asep menjelaskan, dari area tanam musim rendeng 2015 yang mencapai 84.601 hektare, yang sudah dipanen hingga Januari baru 2.846 hektare. "Panen raya diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret hingga April," ujarnya.
Kepala Sub-Bulog Divre Subang Dedy Supriyadi mengatakan harga jual GKP yang berlaku di tingkat petani saat ini masih di atas harga patokan pemerintah sebesar Rp 4.200 per kilogram.
"Makanya, Bulog masih belum melakukan intervensi, karena petani masih mendapatkan harga yang menguntungkan," ucap Dedy.
NANANG SUTISNA