TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Budi G. Sadikin mengatakan kondisi fundamental Indonesia masih baik di tengah semakin melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. "Saya yakin kondisi rupiah akan cepat stabil," ujar Budi dalam acara "Wirausaha Muda Mandiri" di Jakarta Convention Center, Senayan, Kamis, 12 Maret 2015.
Saat ini kurs tengah Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah berada di level 13.176 per dolar AS. Anjloknya kurs rupiah ini di antaranya karena menguatnya kurs dolar AS seiring dengan perbaikan perekonomian Negeri Abang Sam. Pelemahan nilai tukar juga dialami mata uang negara lain, seperti Rusia dan Jepang.
Budi menambahkan, dengan kondisi rupiah saat ini, sebenarnya sektor impor diuntungkan karena akan menerima rupiah lebih banyak. Perusahaan nonekspor yang mendapat penghasilan berupa dolar juga diuntungkan. "Kalau Mandiri kan kuat di (kredit untuk pengolahan) kelapa sawit, CPO," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta publik tak khawatir atas melemahnya kurs rupiah saat ini. "Karena pemerintah telah membuat kebijakan untuk menjaga perekonomian negara kita," ujarnya.
Salah satu kebijakan tersebut yakni mengalihkan subsidi bahan bakar minyak ke sektor infrastruktur yang akan memberikan ruang fiskal yang baik bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah saat ini diharapkan tetap sebagai sinyal positif perekonomian yang bisa ditangkap oleh investor asing.
Menurut Jokowi, dana sebesar Rp 290 triliun yang difokuskan pada pembangunan infrastruktur sangat besar. "Dalam sejarah, ini yang paling besar, dan pasar akan melihat ini," ujarnya. Keyakinan Jokowi juga didasari cukup baiknya kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Jokowi juga meminta agar pasar tak membandingkan kondisi nilai tukar rupiah saat ini dengan tahun 1998. “Karena pada 1998 kondisinya dari Rp 2.000 meloncat langsung ke Rp 15 ribu per dolar AS, sehingga dampaknya sangat terlihat,” ujarnya. Sedangkan saat ini sejumlah negara juga mengalami pelemahan nilai tukar, di antaranya Malaysia, Thailand, dan Rusia.
ODELIA SINAGA