TEMPO.CO, Jakarta - Spanduk-spanduk yang menyerang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly bertebaran di sejumlah wilayah di Jakarta, Senin pagi, 16 Maret 2015 ini. Serangan politik terhadap kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu diduga berkaitan dengan konflik internal Partai Golkar.
Di Tanjung Barat, Jakarta Selatan, misalnya, ada spanduk yang bertuliskan Yasonna Laoly Menteri Preman Memalukan. Wajah sang menteri pun digambari dengan kumis ala Hitler plus topi perwira Nazi. Penanggung jawab spanduk berwarna dominan merah marun itu disebutkan sebagai Kompak alias Komite Masyarakat Pembela Kabah.
Baca Juga:
Spanduk serupa juga dipajang di Jalan Raya Pasar Minggu, tepatnya di depan Stasiun Pasar Minggu, juga Mampang Prapatan, UI Salemba, serta Kampung Melayu.
Menteri Yasonna dituduh oleh kubu Aburizal Bakrie telah mengobok-obok menyusul surat Yasonna yang mengakui Agung Laksono sebagai Ketua Umum Golkar yang sah. Surat penjelasan Menteri Hukum itu diterbitkan pada Selasa pekan lalu, 10 Maret 2015. “Saya tak menikmati keputusan ini,”ujar Yasonna kala itu.
Kubu Aburizal meradang. “Ini intervensi politik,” kata Ketua Fraksi Golkar Dewan Perwakilan Rakyat Ade Komarudin kepada Tempo pada Jumat, 12 Maret 2015. Menurut dia, tindakan serupa terjadi terhadap Partai Persatuan Pembangunan dalam dualisme kepengurusan M. Romahurmusiy dan Djan Faridz. Ade pun membenarkan bahwa partai-partai nonpendukung pemerintah pernah meminta Presiden Joko Widodo agar tak mengintervensi konflik internal partai-partai.
Kepala Staf Kantor Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan membantah bahwa Istana mengintervensi Golkar. Mantan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Golkar ini mengatakan baik Aburizal maupun Agung yang mendekati Istana karena partai itu tak bisa jauh dari pemerintah. “Jangan dibalik,” ucapnya kepada Agustina Widiarsi dari Tempo di kantornya pada Rabu pekan lalu, 11 Maret 2015.
JOBPIE SUGIHARTO | RETNO S | TULUS WIJANARKO