TEMPO.CO, Monaco - Arsenal tampil luar biasa saat menekuk AS Monaco dengan skor 2-0 dalam laga leg kedua babak 16 Liga Champions yang berlangsung di Stade Louis II, Monaco, dinihari tadi. Meski tersingkir karena kalah jumlah gol tandang, The Gunners layak pulang dengan kepala tegak.
Tampil di kandang lawan, tim yang dilatih Arsene Wenger ini sempat tertekan pada 10 menit pertama. Namun mereka tak membutuhkan waktu lama untuk menyerang balik. Olivier Giroud hanya membutuhkan waktu 36 menit untuk mencetak gol. Adapun gol kedua dicetak Ramsey pada menit ke-79.
OPTA, lembaga penyaji statistik sepak bola, mencatat Arsenal menguasai 71 persen penguasaan bola, melesakkan 17 kali tendangan ke arah gawang. Tujuh tendangan di antaranya tepat mengarah ke gawang AS Monaco, meski hanya dua yang berbuah gol.
Ini adalah statistik pertandingan terbaik yang dicatatkan Arsenal selama Liga Champions musim ini. Bahkan saat mereka menekuk Galatasaray 4-1, yang merupakan skor kemenangan terbesar mereka musim ini di Liga Champions pada Desember lalu, catatan mereka tak sebaik dinihari tadi.
Saat itu mereka hanya menguasai 46 persen penguasaan bola dan melesakkan 13 tendangan ke gawang Galatasaray. Dari 13 tendangan itu, hanya enam yang mengarah ke gawang klub asal Turki tersebut.
Selain menciptakan peluang terbanyak, pertandingan Arsenal dinihari tadi juga melahirkan umpan atau passing terbanyak yang pernah mereka mainkan dalam satu pertandingan di Liga Champions musim ini.
Olivier Giroud dan kawan-kawan tercatat melakukan 759 kali passing. Sepanjang musim ini belum pernah mereka memainkan umpan sebanyak itu. Catatan passing terbaik mereka sebelumnya ada di laga kontra Anderlecht pada 23 Oktober lalu. Saat itu Arsenal melepaskan 598 umpan.
Dalam pertandingan dinihari tadi, pemain tengah Arsenal, Santi Cazorla, menjadi pemain yang paling banyak memberikan umpan. Pemain asal Spanyol ini tercatat melepaskan 121 umpan dengan 106 di antaranya tepat mengarah ke sasaran. Ia juga melesakkan dua kali tendangan ke gawang AS Monaco.
Pelatih Arsenal, Arsene Wenger, layak menepuk dada dengan catatan pertandingan ini. Meski pada akhirnya harus tersingkir, mereka tak kehilangan nama besar. Sebab, tim besar bukanlah tim yang selalu menang, melainkan tim yang tetap melawan hingga detik penghabisan.
OPTA | FOUR FOUR TWO | DWI AGUSTIAR