TEMPO.CO, Pontianak - Tim gabungan Kepolisian Daerah Kalimantan Barat dan Kepolisian Resor Pangkalan Bun berhasil menangkap Suhardi alias Rudi alias Andi bin Kuhai, tersangka pembunuh Tari Arizona. Pria 22 tahun itu dicokok penyidik di hutan sekitar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu malam, 22 Maret 2015, setelah sempat buron selama 12 hari.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Pontianak Komisaris Andi Yul Lapawesean mengatakan tim anti-kejahatan dan kekerasan Polres Kota Pontianak sudah mengendus posisi Rudi di sepanjang Jalan Trans Kalimantan. "Jejak itu terdeteksi lewat sinyal telepon seluler milik Tari yang hilang saat kematian Tari," kata Andi Yul kepada Tempo, Senin dinihari, 23 Maret 2015.
Sumber di Kepolisian mengatakan lima personel bergerak memburu Rudi. Benar saja, Rudi ternyata menggunakan jalur Trans Kalimantan. Polisi menduga jalur ini satu-satunya rute pelarian yang dikuasai Rudi. Jalur Trans Kalimantan menghubungkan Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah. Salah satunya melewati kecamatan di Kabupaten Ketapang. Rudi sendiri warga Kampung Padang, Ketapang.
Saat ditangkap polisi, menurut sumber di Kepolisian, Rudi mengendarai sepeda motor korban yang hilang dari lokasi kejadian. Dalam pemeriksaan di Polres Pangkalan Bun, sidik jari yang menempel pada sejumlah alat bukti, seperti balok kayu, aluminium bekas jemuran baju, lakban, serta ikat pinggang yang dipakai mengikat tangan Tari, cocok dengan sidik jari Rudi.
Adapun menurut Andi Yul, proses penangkapan Rudi ini dipantau langsung Kepala Polda Kalimantan Barat Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto. Tim, kata Andi Yul, memantau keberadaan Rudi dari segala penjuru. "Semua sudah kami pantau, kediaman Rudi, teman-temannya. Jalur keluar juga sudah diamati, seperti pelabuhan dan jalur udara," kata Andi Yul.
Tari Arizona ditemukan tewas nyaris tanpa busana di kediamannya di Jalan Tani Makmur, Kota Baru, Pontianak Selatan, Rabu, 11 Maret 2015, pukul 07.24. Penyelidik menemukan Tari tertelungkup di ruang tamu di belakang sofa dengan tengkorak nyaris remuk berlumuran darah dan mulut dililit lakban.
Kepala Polda Kalimantan Barat Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto sebelumnya telah mengisyaratkan penyidik mempunyai titik terang untuk mengungkap kasus pembunuhan janda beranak satu yang menghebohkan warga Pontianak ini. "Kami pakai cara ilmiah saja. Yang ilmiah diakui dalam persidangan."
Brigjen Arief menjelaskan metode scientific crime investigation dikedepankan timnya karena minimnya saksi dan keterangan yang dikumpulkan penyidik Kepolisian. "Saksi manusia bisa menyangkal. Tapi, kalau sudah pakai metode ilmiah, alat bukti yang kita temukan tidak bisa dibantah," katanya.
Terkait dengan pelacakan jejak Rudi, polisi mengerahkan tiga tim pemburu. Jejak kaki yang ditemukan di kediaman Tari sudah dicocokkan dengan tapak sepatu bagian dalam milik Rudi. Sepatu olahraga warna biru tersebut, menurut Andi Yul, didapatkan dari kediaman induk semang Rudi, Brigadir Kepala Ali.
Beberapa sidik jari yang ditinggalkan pada lakban, kayu yang berlumuran darah, serta pada bagian tubuh korban juga sudah disidik. "Tetapi database sidik jari di Indonesia belum secanggih yang kita lihat di film-film detektif. Saat diminta untuk pencocokan, sidik jari yang bersangkutan tak muncul. Belum punya e-KTP," ujar Arief.
ASEANTY PAHLEVI