TEMPO.CO , Subang -- Gerimis baru saja turun dari langit ketika puluhan orang menggembrong gerobak penjual sayur tutut pedas yang diparkir di depan alun-alun Kalijati, Subang, Jawa Barat, Sabtu petang, 21 Maret 2015.
Sinta, salah seorang penggemar sayur tutut pedas mengaku sudah berlangganan sejak gerobak sayur tutut milik Iwan itu nancep di pinggir jalan raya Kalijati-Subang sejak tiga bulan lalu.
"Sayur tutut enak 'dikecrot' saat cuaca gerimis atau hujan, kelezatannya terasa banget," ujar Sinta. Ia dan keluarganya bisa menghabiskan empat hingga enam bungkus kemasan plastik berisi sayur tutut sekali santap berjamaah bersama empat bersudara.
Sensasi rasa daging tutut yang agak kenyal tapi lezat itu, ujar penikmat sayur tutut lainnya, Iqbal, semakin gokil jika disantap dengan rasa super pedas. "Woow, bibir serasa jontor," ujarnya sambil terkekeh. "Rasa kuahnya rame-rame, pokoknya edun banget."
Si empunya gerobak sayur tutut pedas, Iwan mengatakan, sayur tutut yang diolahnya sendiri bersama isterinya itu, berbahan dasar bumbu layaknya sayur gulai tanpa santan.
"Hampir semua bumbu rempah-rempah dicampur adukan," kata Iwan, bumbu dapur yang menjadi bahan pokok selera rasa sayur tutut tersebut yakni gula merah, sereh, kunyit, garam, laos, jahe dan cabai rawit.
"Lalu, saya tambahkan terasi khas Cirebon," ia membuka salah satu rahasia bumbu dapurnya. Ada pun tututnya, dia order dari pusat budidaya tutut di waduk Cirata Purwakarta.
Buat yang doyan sayur tutut super pedas, Iwan menyiapkan sambal tambahan khusus. "Nambah sambelnya gratis dan silakan ambil semau gue aja," ujarnya.
Iwan, membanderolnya, untuk setiap bungkus plastik Rp 5.000. Awalnya, ia tak menyangka sayur tutut buatannya mampu menyedot banyak penggemar. Nyatanya, penggilannya luar biasa banyak.
"Penggemarnya mulai dari yang jalan kaki hingga bermobil," ujar Iwan dengan nada bangga. Alamat konsumennya juga bukan melulu dari Kalijati dan Subang, tetapi ada pula pencong asal Bandung, Jakarta dan Banten.
Mau tahu berapa banyak sayur tutut produksi Iwan, yang laku dijual setiap harinya:"Rata-rata tiga kuintal," Iwan mengimbuhkan.
NANANG SUTISNA