TEMPO.CO, Blitar - Puluhan nasabah perusahaan investasi bodong mendatangi kantor PT Dua Belas Suku (DBS) di Blitar, Jawa Timur. Mereka nyaris memukuli pegawai yang memasang pengumuman bahwa kantornya dalam keadaan tutup.
Padahal, sejak pagi sekitar 60 nasabah PT DBS menggeruduk kantor usaha bisnis investasi itu di kompleks rumah toko, Jalan TGP, Kelurahan Sananwetan, Kota Blitar.
Nasabah ingin memastikan benar tidaknya operasional kantor telah ditutup seperti kabar yang ditulis media massa. "Saya dikabari rekan sesama nasabah kemarin," kata Sriyati, salah seorang nasabah PT DBS asal Kecamatan Srengat, Senin, 23 Maret 2015.
Bersama puluhan nasabah lainnya, Sriyati kaget saat mendapati pintu kantor tertutup rapat. Tak ada satu pun pegawai yang menunjukkan batang hidungnya di kantor yang gencar memasang iklan di media massa nasional itu satu tahun silam.
Sriyati cemas dengan penutupan tersebut karena memiliki sisa uang yang belum terbayar oleh PT DBS. Lantaran tergiur iming-iming keuntungan bunga hingga 30 persen per pekan, Sriyati membeli empat akun (saham) dengan nilai masing-masing Rp 5 juta.
Namun sejak mendaftar awal tahun kemarin hingga kini belum sepeser pun keuntungan yang dijanjikan PT DBS diterima Sriyati. Kekesalan sama juga dialami Arifin, warga Gedok, Kota Blitar, yang menyerahkan uang senilai Rp 525 juta kepada PT DBS.
Celakanya uang itu bukan miliknya sendiri, melainkan iuran teman-temannya yang berharap mendapat keuntungan cepat dari investasi itu. Bersama puluhan nasabah lain, Arifin memilih menduduki kantor PT DBS hingga Senin siang. Mereka hilir mudik di depan kantor yang terkunci rapat sambil mencari pegawai PT DBS yang mendadak lenyap.
Situasi nyaris ricuh ketika seorang karyawan PT DBS bernama Endik Jauhari datang dan memasang pengumuman di pintu ruko. Pengumuman itu berbunyi, "Kantor Tutup Sampai Bulan Juli. Segenap Direksi Masih Mencarikan Dana". Kontan hal itu membuat para nasabah marah dan nyaris menghakimi Endik. "Copot tulisan itu, kami minta kejelasan uang kami sekarang," teriak beberapa nasabah dengan emosi.
Beruntung situasi tak makin memanas karena beberapa aparat Kepolisian Resor Kota Blitar sudah berjaga di lokasi. Menurut laporan para nasabah, hingga kini uang yang nyantol di perusahaan itu mencapai Rp 140 miliar milik 22.000 nasabah. Jumlah tersebut lebih besar dari keterangan polisi yang menyebut 18.000 nasabah PT DBS yang belum terbayar.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Blitar Ajun Komisaris Naim Ishak mengatakan masih melakukan pemeriksaan saksi. Dalam waktu dekat penyidik akan menghadirkan saksi ahli dari Universitas Brawijaya, Malang. "Kami akan meminta keterangan saksi ahli dari Universitas Brawijaya," katanya.
HARI TRI WASONO