TEMPO.CO, Ponorogo - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menyerahkan asuransi Tenaga Kerja Indonesia kepada keluarga Yuni Indah, warga Dusun Sumberagung, Desa Balong, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Rabu, 25 Maret 2015.
Yuni termasuk salah satu korban di antara 162 penumpang dan awak pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah, pada Ahad 28 Desember 2014.
Kepada Jemiran, ayah Yuni, Hanif menyerahkan uang dengan jumlah total Rp 80 juta. Adapun perinciannya, Rp 75 juta merupakan uang asurasi TKI dan Rp 5 juta selebihnya adalah uang pemakaman. "Hari ini kami sampaikan apa yang menjadi hak Mbak Yuni. Asuransi ini dari konsorsium asuransi Mitta TKI," kata Hanif.
Usai menyerahkan uang, Hanif mengajak Jemiran, Moinem, ibu Yuni Indah, membacakan Surat Al Fatihah yang ditujukan bagi almarhumah. Setelah itu, ia berusaha berusaha mengajak dialog orang tua Yuni Indah. Namun, kedua orang tua itu hanya tertunduk dan diam saja. "Kalau ada yang ingin disampaikan, monggo," ujar politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa ini.
Karena tidak kunjung ditanggapi, Hanif mempersilakan Kadinah, bude Yuni Indah yang duduk di samping Jemiran untuk mengemukan pendapat. "Alhamdulillah, kami mengucapkan terima kasih atas kedatangan Pak Menteri dan menyerahkan asuransi bagi Yuni," kata Kadinah.
Saat ditanya wartawan tentang rencana penggunaan uang asuransi, perempuan berusia 64 tahun ini tidak bersedia menjawab. Sebab, kewenangan penuh ada di tangan orang tua Yuni Indah selaku ahli waris. "Saya tidak tahu, silakan tanya langsung kepada orang tua Yuni," ujar dia setelah Menteri Tenaga Kerja pergi dari kediaman Jemiran.
Jemiran juga tidak berkenan memberikan jawaban. Saat ditanya oleh sejumlah wartawan, ia mengaku belum mengetahui penggunaan uang asuransi yang baru diterima. "Saya tidak mau bicara karena masih berkabung," ucap Jemiran.
Yuni Indah merupakan salah satu TKI yang menjadi korban jatuhnya pesawat Air Asia beberapa waktu lalu. Dia ikut menjadi korban pesawat itu setelah menghabiskan cuti dan hendak kembali bekerja ke Singapura sebagai pembantu rumah tangga di negeri itu.
NOFIKA DIAN NUGROHO