TEMPO.CO, Paris - Pakar transportasi udara dari Archery Strategy Consulting, Stephane Albernhe, tak setuju dengan keraguan khalayak umum ihwal keamanan pesawat Airbus A320 yang dalam jarak tak sampai enam bulan terakhir berturut-turut mengalami dua kecelakaan fatal. Kecelakaan A320 terjadi pada AirAsia (2014), Malaysia Airlines (2014), dan terakhir Germanwings (2015).
“Kami semua baru bisa menyimpulkan jika sudah ada analisis yang didapat dari blackbox atau kotak hitam pesawat,” ujar dia, seperti yang dilansir Le Figaro, Rabu, 25 Maret 2015 waktu setempat. Namun menurut dia, Airbus A320 adalah pesawat paling wahid di kelasnya.
Banyaknya pesanan A320 di seluruh dunia, yang mencapai hingga enam ribu unit, adalah bukti kualitas pesawat. Albernhe yakin kecelakaan di Pegunungan Alpen ini tak akan banyak berpengaruh terhadap reputasi Airbus.
“Dalam setiap dua detik, ada A320 yang terbang atau mendarat di seluruh dunia,” kata Albernhe.
Tak hanya Airbus, secara umum dunia maskapai penerbangan memiliki prosedur keselamatan dan keamanan yang sangat tinggi dan dapat meningkatkan volume keberangkatan penumpang. Kehadiran otoritas penerbangan seperti Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA) dan otoritas penerbangan Amerika Serikat (FAA) semakin menegakkan keamanan penerbangan.
Selain itu, faktor keamanan, kata dia, juga semakin diperkuat oleh kemajuan teknologi dan kecakapan pilot. Menurut Albernhe, pihak maskapai yang akan mendapat sentimen negatif setelah kecelakaan.
“Selama beberapa minggu ke depan, jumlah penumpang maskapai (Germanwings) akan berkurang,” ujarnya.
LE FIGARO | ANDI RUSLI