TEMPO.CO, Jakarta - Rohmana, 56 tahun, adalah pedagang musiman. Dengan lutut gemetaran, ia berjalan perlahan sambil menjajakan dagangannya. Saat seseorang membelikan air minum kemasan botol dan bakpao, ia langsung menangis.
Sejak datang dari Ciamis pukul 06.00 pagi, ia belum makan apa pun. "Perut cuma saya minumin terus. Kalau makan sayang, minum paling cuma Rp 2 ribu. Di sini semua mahal," kata dia.
Hanya dua barang dagangan di dalam tas hitam besar yang ia tenteng: gelang dan glow stick. Gelang ia jual dengan kisaran Rp 12-15 ribu. Sementara glow stick ia jual dengan harga Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu. "Yang laku cuma glow stick, baru lima biji. Gelang belum satu pun terjual," kata dia.
Dari Ciamis, ia hanya membawa uang sejumlah Rp 300 ribu. "Yang Rp 100 ribu itu untungnya, Rp 200 ribu itu modalnya," kata dia. Semula ia hendak menjadi calo tiket. Namun, ia tak tahu bahwa tiket konser One Direction di kisaran Rp 1,7 juta hingga Rp 2,7 juta. Tiket seharga Rp 500 ribu di tribun dua tak mendapatkan antusias Directioners.
Akhirnya, ia hanya membeli glow stick dan gelang yang diprediksi akan laris manis. Harapannya pudar ketika hujan deras melanda tak henti. Ia tak punya uang lagi untuk membeli jas hujan yang dihargai Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu jika ingin dijual kembali. "Yang lain mah uangnya masih ada barang Rp 100 ribu buat muter, saya sudah habis untuk beli barang-barang ini," kata dia.
Ia terlihat sangat kedinginan. Telapak tangannya sudah mengkisut dan memutih. Bibirnya terlihat membiru. "Baju ganti ada tapi sayang, untuk pulang saja," kata dia. Saat ada yang berkenan membelikan jas hujan, ia menolak karena dirasa sangat mahal. Setelah diyakinkan, ia menerima dengan wajah semringah.
Sementara itu, tiga meter dari tempat ia berteduh untuk makan sejenak, terlihat dua orang remaja putri tanpa ragu mengeluarkan uang sejumlah Rp 2,8 juta untuk kelas Festival C. "Rezeki sudah ada yang mengatur, saya percaya pasti bisa balik modal. Paling enggak bisa buat pulang," kata dia.
DINI PRAMITA