TEMPO.CO, Jakarta – Nasib perempuan asal Prancis, Huguette Dupeu, yang terluka dalam penyerangan di Museum Nasional Bardo, Tunisia, berujung tragis. Nyawanya tidak tertolong setelah menjalani pengobatan.
Presiden Prancis Francois Hollande menyampaikan rasa duka yang mendalam.
Penyerangan yang terjadi pada 18 Maret 2015 di museum itu menewaskan 22 orang, yang sebagian besar adalah turis asing. Pelaku penyerangan diduga anggota militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Lebih dari 20 orang telah ditahan, dan dua pelaku yang membawa senjata tewas di tempat oleh aparat Tunisia.
Para tersangka mengaku dilatih ISIS di Libya, yang letaknya bersebelahan dengan Tunisia.
Perdana Menteri Tunisia Habib Essid mengakui ada kelemahan dalam sistem keamanan negara. Penyerangan ini menjadi peristiwa terburuk bagi Tunisia, yang telah berhasil menjalankan demokrasi pasca-Arab Spring pada 2011.
Museum ini semula direncanakan buka kembali awal pekan lalu, tapi ditunda karena alasan keamanan. Anak-anak sudah dapat diperbolehkan masuk pada Jumat lalu, tapi pengunjung umum baru diizinkan Senin, 30 Maret 2015.
Duta Besar RI Ronny P. Yuliantoro menuturkan KBRI Tunis terus memantau masyarakat Indonesia yang bermukim di Tunisia, dan sejauh ini belum ada laporan terkait dengan ancaman gangguan keamanan.
BBC| MARTHA WARTA SILABAN