TEMPO.CO, Jakarta - Bejo, bukan nama sebenarnya, 16 tahun, pelaku pembegalan di Jalan Raya Bekasi Timur, tepatnya di depan Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur, Januari 2015. Hasil rampasan berupa satu unit sepeda motor Yamaha Mio, uang tunai Rp 7 juta, dan batu permata senilai Rp 22 juta. Bejo dengan dua temannya, Apri dan Ade, ditangkap Polres Metro Jakarta Timur setelah buron dua bulan.
Keterlibatannya dalam pembegalan tak hanya karena salah pergaulan, tapi juga dari kebiasaannya main game online yang berbau kekerasan. Dari situ, ia pun beli celurit dan ikut jadi begal bersama temannya.
Bejo bisa menghabiskan waktu berada di warung Internet alias warnet seharian. "Saya sukanya main Point Blank, bisa berjam-jam," kata Bejo saat ditemui Tempo di ruang tahanan Kepolisian Resor Jakarta Timur, Jumat, 27 Maret 2015. Dari situ, ia pun beli celurit dan ikut jadi begal bersama temannya.
Bejo biasa bermain game online dengan teman-teman di lingkungan rumahnya yang terletak di daerah Pisangan, Jakarta Timur. Dalam seminggu, bisa lebih dari empat kali Bejo berkutat di warnet.
Uang untuk bermain game online didapat dari pembagian jatah hasil begal yang dia lakukan bersama dua temannya. Bejo yang sudah putus sekolah ini memang biasa mengisi kegiatan dengan main game.
Adapun Point Blank adalah salah satu game online yang sempat menimbulkan perdebatan. Alasannya, game ini banyak menampilkan kekerasan menggunakan senjata, penyerangan orang, dan pelumpuhan target. Dalam game ini, pemain dijuluki free rebels atau pemberontak yang menjadikan pemerintah (dalam hal ini diwakili Counter Terrorist Force) sebagai musuh buruannya.
Selain main game, sebenarnya Bejo bekerja. "Saya bekerja serabutan," katanya. Sehari-hari, Bejo membantu salah satu percetakan di daerah Jatinegara untuk antar barang. Cakupan daerahnya masih di sekitar Jakarta Timur, seperti Cipinang, Klender, dan Duren Sawit. Pekerjaan ini dia lakukan seharian penuh.
Jika mendapat jatah libur kerja, Bejo memanfaatkan waktunya untuk bermain game online di warnet. Bersama teman-teman sebayanya, dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam di sana. Dia biasa nongkrong di pangkas rambut daerah Pisangan, Jakarta Timur. Di sana dia makan, minum, dan bersenda gurau dengan pemuda yang juga putus sekolah.
Setelah ditahan polisi, Bejo mengaku kapok dengan perbuatannya. Setelah keluar dari penjara nanti, Bejo ingin bekerja dengan halal. Namun, sayang, Bejo tak berpikir untuk meneruskan sekolah.
YOLANDA RYAN ARMINDYA