TEMPO.CO, Mojokerto - Mayoritas warga negara Indonesia yang terjebak kemelut perang saudara di Yaman adalah mahasiswa. Sebagian merupakan alumnus Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Desa Kembangbelor, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Walau demikian, pengasuh Amanatul Ummah, KH Asep Syaifudin Chalim, menyatakan tak mengkhawatirkan keselamatan para alumnus lembaga pendidikan yang dipimpinnya tersebut. "Sebab mereka berada di daerah yang tidak berkonflik, yakni di Hadramaut," kata Asep, Selasa, 31 Maret 2015.
Baca Juga:
Menurut Asep, delapan alumnus Amanatul Ummah tengah menimba ilmu di lembaga pendidikan agama Islam setingkat perguruan tinggi di Hadramaut. Hadramaut merupakan daerah aman di Yaman yang mayoritas dihuni kaum Sunni. "Di Yaman itu ada dua paham, yang keras dan tidak keras," katanya.
Daerah yang dihuni kaum Sunni, menurut dia, termasuk wilayah yang aman. Sedangkan daerah yang dihuni kaum Wahabi, seperti Kota Sanaa, sedang berkonflik. "Yang di Sanaa itu Wahabi, itu ISIS dan tidak boleh," katanya.
Meski di sana aman, Asep mengimbau para alumnus tetap waspada. Menurut dia, alumnus Amanatul Ummah di berbagai negara, termasuk di Yaman, telah memiliki wadah bernama Himpunan Mahasiswa Alumni Amanatul Ummah (Himmah). "Kami punya Himmah di berbagai negara, dan jadi wadah komunikasi antaralumni jika ada masalah," katanya.
Menurut ASEP, anggota Himmah di berbagai negara selalu memberikan informasi apa pun ke Amanatul Ummah. Himmah tersebar di sejumlah negara di Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Di antaranya Mesir, Maroko, Malaysia, China, Jepang, Australia, Jerman, dan Rusia.
Pesantren Amanatul Ummah merupakan pondok modern yang menyelenggarakan berbagai macam program pendidikan formal, seperti program unggulan dan akselerasi, mulai dari tingkat sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyah hingga sekolah menengah atas atau madrasah aliyah serta madrasah bertaraf internasional. Pondok pesantren Amanatul Ummah berada di Surabaya dan Mojokerto dengan jumlah santri atau siswa mencapai 7.000 orang.
ISHOMUDDIN