TEMPO.CO, Jakarta - Senator Dewan Rakyat Malaysia Chua Tian Chang mengatakan pemerintahan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak sedang berada di ujung tanduk. Pasalnya, terdapat dua skandal besar di Negeri Jiran yang mengarah pada keterlibatan Najib.
"Rakyat sekarang sedang cemas dan menginginkan pemerintahan Najib berakhir. Kondisinya seperti Indonesia menjelang kejatuhan mantan Presiden Soeharto," ujar Chua saat berkunjung ke kantor redaksi Tempo di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad, 5 April 2015.
Dua skandal besar yang menghebohkan publik Malaysia itu adalah:
1. 1MDB-Gate
Skandal pertama, dugaan korupsi di 1 Malaysia Development Berhad (1MDB), badan usaha milik negara Malaysia. Perseroan itu terbelit utang hingga US$ 11 miliar atau sekitar Rp 142 triliun untuk investasi sejumlah proyek dan kerja sama luar negeri di banyak tempat. "Ternyata selama 5 tahun sebagian besar proyek tidak berjalan," ujar Chua.
Proyek pertambangan dijalin dengan beberapa negara, seperti Kazakstan dan Mongolia, tapi dua negara ini menampik kabar tersebut. Selain itu, perusahaan patungan 1MDB dengan Petro Saudi International Ltd untuk investasi asing juga diduga bodong. Pembayaran utang ini membebani anggaran negara. Tercatat, pemerintah Malaysia menanggung 14 persen utang 1MDB.
Pertanggungjawaban Najib dalam kasus ini turut menyetujui penggelontoran 14 persen uang tersebut. Najib merangkap jabatan sebagai Menteri Keuangan Malaysia. Kecurigaan adanya penyelewengan semakin bertambah setelah diketahui uang pinjaman 1MDB ini ditaruh di Kepulauan Cayman. Daerah ini terkenal sebagai surga pencucian uang para koruptor.
Saat ini, kata Chau, proyek 1MDB sedang diaudit oleh auditor independen. "Kita tunggu saja hasilnya."
2. Kasus Pembunuhan Model Mongolia
Dugaan ini berawal dari kasus pembunuhan model berkewarganegaraan Mongolia, Altantuya Shaariibuu, yang menyeret mantan ajudan Najib, Sirul Azhar Umar, ke sanksi tiang gantungan. Altantuya, yang diduga mempunyai hubungan kasih dengan sahabat Najib, Abdul Razak Baginda, dibunuh pada Oktober 2006 di Selangor, Malaysia.
Najib membantah terlibat dalam pembunuhan ini. Menurut dia, saat pembunuhan terjadi, Sirul tidak lagi menjadi ajudannya. Namun, kata Chau, sulit mempercayai ucapan Najib lantaran penyelidikan tidak menemukan motif pembunuhan oleh Sirul. Si pembunuh diketahui tidak mempunyai hubungan apa pun dengan korban. Dia hanya punya hubungan dengan sang Perdana Menteri.
Chau mengemukakan, dengan porsi partai pemerintah di parlemen yang mayoritas saat ini, sulit mengajukan mosi pemakzulan terhadap Najib. "Saat ini kami sedang bergerilya ke masyarakat mencari dukungan, termasuk ke Indonesia. Najib harus sesegera mungkin turun takhta," ujar Chau.
ROBBY IRFANY