TEMPO.CO, Bangkalan - Warga Desa Petapan Kramat dan Desa Sendeng Dejeh, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Madura, akhirnya berdamai di Kepolisian Resor Bangkalan, Selasa, 14 April 2015. Pada Rabu malam, 8 April 2015, dua kelompok warga dari dua desa itu terlibat carok massal. Dua orang tewas dan lima lainnya terluka parah dalam peristiwa tersebut.
Kepala Kepolisian Resor Bangkalan Ajun Komisaris Besar Sulistiyono mengatakan perdamaian tersebut terjadi atas inisiatif para korban. Polisi, menurut dia, hanya memfasilitasi kedua kelompok warga tersebut sehingga perdamaian bisa tercipta. "Para orang tua baik dari korban yang meninggal maupun korban luka sudah bertemu dan sepakat berdamai. Kasus selesai," katanya kepada Tempo.
Ada beberapa poin yang disepakati dalam pertemuan itu. Pertama, mereka sepakat tidak saling melakukan gugatan hukum. Kedua, mereka tidak akan lagi mengungkit-ungkit perkelahian berdarah yang telah terjadi. Ketiga, mereka sama-sama tidak akan meminta ganti rugi dan tanggung jawab bila di antara para korban luka ada yang meninggal dunia. "Mereka juga meminta proses hukum tidak dilanjutkan," ujar Sulistiyono.
Polisi, lanjut Sulistiyono, menyetujui poin terakhir soal penghentian penyelidikan kasus. Keputusan itu, kata dia, sudah disetujui oleh Kepala Kejaksaan Negeri Bangkalan. "Pak Kajari bilang tidak apa-apa, dasar penghentian yang digunakan adalah asas kemanfaatan," katanya.
Sulistiyono menyebutkan, bila penyelidikan diteruskan, kemungkinan besar tersangka berasal dari kedua pihak yang bertikai. Penetapan tersangka itu dapat merusak perdamaian yang telah dicapai. Meski penyelidikan dihentikan, para korban akan tetap dimintai keterangan untuk memastikan apa penyebab utama carok tersebut. "Korban yang terlibat akan tetap diperiksa, untuk laporan saya kepada atasan," ujarnya.
Sulistiyono menambahkan, dengan tercapainya kesepakatan damai itu, pihaknya akan menarik seluruh personelnya yang sudah hampir sepekan diterjunkan untuk mengamankan dua desa bertetangga itu. "Meski ditarik, akan ada polisi yang memantau situasi di dua desa itu pasca-kesepakatan damai," katanya.
Carok massal itu terjadi dalam acara pentas orkes dangdut di Desa Kramat. Perhelatan itu berubah menjadi ajang perkelahian menggunakan celurit. Perkelahian bermula saat seorang pemuda bernama Jazuli, warga Desa Sendeng Dejeh, menegur Usman, warga Desa Petapan, karena mengendarai sepeda motor di lokasi acara dengan kecepatan tinggi.
Tak terima ditegur, Usman menampar Jazuli. Setelah ditampar, Jazuli melapor kepada beberapa saudaranya. Mendengar laporan itu, kerabat Jazuli mencari Usman di lokasi orkes. Usman didapati tengah duduk sekitar 100 meter dari pentas dangdut.
Perkelahian pun tak terhindarkan. Akibatnya, dua orang tewas dan lima lainnya luka-luka. Mereka yang tewas berinisial FU, warga Desa Kramat Petapan, dan DI, warga Desa Sendeng Dejeh. Adapun lima korban luka terdiri atas tiga orang dari Desa Petapan, salah satunya Usman, dan dua dari Desa Sendeng Dejeh, salah satunya Jazuli.
MUSTHOFA BISRI