TEMPO.CO, Makassar - Ashary Nurdin, 33 tahun, peraih gelar magister di Universitas Negeri Makassar (UNM) yang ditemukan tewas di Menara Phinisi, Makassar, Senin, 13 April 2015, dikenal sebagai sosok berprestasi. Sulung dari empat bersaudara itu bercita-cita menjadi dosen. "Bilangnya ke keluarga ingin jadi dosen," kata ayah Ashary, Andi Nurdin, Selasa, 14 April 2015.
Ashary menyelesaikan studinya selama dua tahun pada program pendidikan bahasa Inggris pascasarjana UNM. Ia diwisuda pada 26 November 2014 dan dinyatakan lulus cum laude dengan indeks prestasi kumulatif 3,97. Sebelumnya, Ashary meraih gelar sarjana jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin (Unhas) dengan IPK 3,68.
Nurdin menceritakan anaknya itu menyukai sastra Inggris. Saat mendaftar sebagai mahasiswa untuk program strata satu pada 2000, Ashary sebenarnya lulus pada dua jurusan berbeda di dua universitas. "Ia pilih Sastra Inggris Unhas ketimbang Psikologi UNM," ucapnya mengenang.
Saat itu Nurdin menyarankan Ashary masuk jurusan psikologi. Alasannya, saat itu jurusan psikologi baru pertama kali dibuka dan dinilai mempunyai prospek cerah untuk mendapatkan pekerjaan. Namun keluarga akhirnya luluh dengan keinginan korban.
Pilihan Ashary mengambil program studi sastra Inggris dibuktikannya dengan sederet prestasi. Ashary tercatat sebagai anggota tim debat bahasa Inggris Unhas dan melahirkan sejumlah karya serta penghargaan. "Total ada lima karyanya, baik cerpen atau novel. Salah satunya dapat penghargaan dari Kemenpora pada 2004 lalu," kata Nurdin.
Selain membuat cerpen dan novel, Ashary pernah membuat film pendek dan lukisan. Kegemaran lainnya adalah membaca. Tak mengherankan di kamar Ashary terpajang ratusan buku. Setiap bulan, kata Nurdin, anaknya pasti membeli beberapa buku untuk menambah koleksinya.
Ashary ditemukan tidak bernyawa di balkon lantai 5 Menara Phinisi, Senin kemarin. Saat ditemukan, kondisi tubuh korban sudah remuk, seperti telah jatuh dari ketinggian. Tulang kepala dan kedua kakinya patah. Setelah divisum di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, mayat korban dibawa ke rumah duka. Keesokan harinya, tepatnya Selasa, 14 April, sekitar pukul 10.00 Wita, jenazah Ashary dikuburkan di tempat pemakaman Islam di Sudiang, Makassar.
Kepolisian masih menyelidiki penyebab pasti kematian korban. "Sampai sekarang belum bisa dipastikan, apakah bunuh diri atau bukan," kata Kepala Polsek Rappocini Komisaris Ade Hermanto.
TRI YARI KURNIAWAN