TEMPO.CO, Banyuwangi - Dinas Perikanan dan Kelautan serta Badan Lingkungan Hidup, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyelidiki kematian massal ikan di muara Pantai Boom. Sampel air laut dan empat jenis ikan yang mati diambil untuk diuji di laboratorium.
“Hasil uji laboratorium selesai pekan depan,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Pudjo Hartanto kepada wartawan, Jumat 17 April 2015. Empat jenis ikan yang diuji itu belanak, seledeng, ngujung dan pethek.
Tanpa hasil uji laboratorium, kata Pudjo, Dinas belum bisa menyimpulkan penyebab ribuan ikan muara itu mati. Sebab tidak ditemukan kelainan dalam fisik ikan, seperti warna insang dan mata ikan tetap cerah. Berbeda bila mati karena polutan, maka insang dan mata ikan berwarna kemerahan.
Kematian massal ikan biasanya disebabkan dua hal, yakni limbah atau kekurangan oksigen. Menurut Pudjo, kematian massal akibat kekurangan oksigen pernah terjadi lima tahun lalu di perairan Grajagan. Saat itu pertumbuhan alga merah cukup pesat sehingga menyedot lebih banyak oksigen ke bawah laut.
Hari ini, tidak ditemukan lagi ikan yang mati. Sugiyono, nelayan di pesisir Boom, menduga ikan-ikan di muara telah habis. Sebab kematian ribuan ikan terjadi sejak Senin lalu dan puncaknya pada Kamis kemarin.
Ada 30-an nelayan yang kemarin mencari ikan-ikan yang mati itu untuk dikonsumsi. Satu orang bisa mendapatkan 1 ember atau sebesar 2 kilogram. “Ikannya saya jual ke tetangga dan makan sendiri,” kata dia.
Nelayan menduga ribuan ikan itu mati karena tercemar limbah pabrik pengolahan kertas. Sebab, beberapa pekan sebelumnya, limbah pengolahan pabrik kertas sempat mencemari aliran sungai yang bermuara di Pantai Boom.
IKA NINGTYAS