TEMPO.CO, Bekasi - Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, akan memusatkan penjualan batu akik di satu pusat perbelanjaan. Sebab, usaha mikro, kecil, dan menengah di sektor pembuatan batu akik berkembang pesat.
Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Koperasi Kota Bekasi Jainudin Sitanggang mengatakan pertimbangan memusatkan para penjual batu akik adalah tingginya permintaan konsumen. "Kami juga akan membentuk Asosiasi Pengrajin Batu Akik Kota Bekasi," ucap Jainudin, Senin, 20 April 2015.
Menurut Jainudin, pembentukan wadah pengrajin atau pedagang batu akik masih dalam tahap pembahasan. Dalam waktu dekat, tutur dia, pihaknya akan mengumpulkan para pengrajin batu akik untuk membahas wacana tersebut. "Nantinya ada satu mal yang menyediakan tempat untuk menjadi sentra batu akik di Kota Bekasi," kata Jainudin.
Jainudin mengklaim Bekasi merupakan salah satu daerah penghasil batu. Batu akik asal Bekasi memiliki kualitas tak kalah oleh batu akik asal daerah lain. "Andalan Bekasi adalah batu jenis pandan," ucap Jainudin. Harga jualnya pun bisa sama dengan jenis bacan asal Maluku, giok Aceh, dan lainnya.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi berujar, banyaknya pengrajin batu akik di wilayahnya mampu meningkatkan perekonomian warga. Selain itu, bisa mengurangi pengangguran. "Pemerintah terus mendorong ekonomi kreatif," tutur wali kota yang memiliki 73 batu akik itu.
Salah satu pedagang batu akik di Rawalumbu, Somad, 40 tahun, mendukung langkah Pemkot Bekasi tersebut. Meski demikian, Somad meminta sewa kios yang disediakan dapat terjangkau. "Kalau mahal, mendingan jual di pinggir jalan," kata Somad.
Berdasarkan pantauan Tempo, harga jual batu akik di Kota Bekasi bervariasi, dari puluhan ribu hingga puluhan juta. Selain menjual batu yang sudah jadi, pengrajin juga menjual batu yang masih berbentuk bongkahan. "Kalau yang masih bongkahan, harganya 50 persen lebih murah," ucap Somad.
ADI WARSONO