TEMPO.CO, Surabaya - Sejumlah pemain Persebaya Surabaya bergabung dalam unjuk rasa ratusan Bonek memprotes pemerintah yang membekukan PSSI dan berbuntut dihentikannya kompetisi Liga Super Indonesia 2015. Persebaya sejatinya menjamu Persiba Balikpapan pada hari ini, Minggu 26 April 2015, namun batal karena tak mendapat izin dari kepolisian setempat karena ada pembekuan.
Itu sebabnya para pemainnya akhirnya bergabung bersama Bonek menggelar 'pertandingan' sepak bola di atas ruas Jalan Raya Darmo, Surabaya. "Kami sangat menghargai dukungan masyarakat atas nasib kami sebagai pemain yang juga punya keluarga di rumah," kata kapten Persebaya Surabaya, Jendri Pitoy, mempertanyakan nasibnya jika liga dihentikan.
Dalam unjuk rasa itu, ratusan Bonek berkumpul di depan sekretariat Bonek di Jalan Darmo, di depan Taman Bungkul. Mereka kemudian menutup ruas jalan itu bersama-sama dengan Pitoy dan pemain Persebaya lainnya seperti Putu Gede Juni Antara, Zulfiandi, Ilham Udin Armayin, Emile Mbamba, Slamet Nurcahyo. Tampak juga Pelatih Persebaya Ibnu Grahan.
"Ayo rek protes Menpora dan BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia), maine pindah nang dalan ae (mainnya pindah di jalanan saja)," ujar koodinator unjuk rasa, Abah Lontar.
Mendengar instruksi tersebut para pemain Persebaya dan bonek langsung berhamburan ke jalan dengan menggiring puluhan bola. Mereka kemudian melakukan pertandingan adu tendangan penalti. Dua tim memisahkan diri sebagai tim Menpora dan tim BOPI.
Adu penalti berlangsung imbang 0-0. "Ga onok sing menang opo sing kalah wong BOPI ambek Menpora podo kerjasama kabeh (tidak ada yang menang apa kalah karena BOPI dan Menpora saling kerja sama)," ujar Abah menyindir.
Tidak hanya itu para bonek dalam aksinya juga membawa sejumlah poster yang isinya mengecam Menpora Imam Nahrawi.
EDWIN FAJERIAL