TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara terpidana mati Mary Jane Fiesta Veloso, Agus Salim, meminta Kejaksaan Agung tak melakukan eksekusi terhadap kliennya. Musababnya, Agus telah mengupayakan permohonan peninjuan kembali (PK) kliennya ke Mahkamah Agung.
”Permohonan PK ini merupakan kedua kalinya. Permohonannya sudah kami ajukan Jumat lalu (24 April 2015),” kata Agus Salim ketika dihubungi Tempo, Sabtu, 25 April 2015.
Agus masih merahasiakan temuan baru atau novum dalam PK kedua tersebut. Agus baru bersedia menyebut novum jika permohonan PK Mary Jane diterima MA. Dia hanya menyebut novum dalam permohonan PK pertama.
“Novum pertama soal kendala bahasa Mary Jane ketika di persidangan Pengadilan Negeri,” kata dia.
Saat persidangan di pengadilan negeri sampai kasasi, dia melanjutkan, jaksa hanya menyediakan penerjemah bahasa Inggris. Padahal Mary Jane hanya bisa bahasa tagalog, Filipina. Walhasil, Agus mengklaim saat persidangan Mary Jane tak mampu membela diri dengan maksimal.
“Mary Jane berharap yang terbaik dari PK keduanya,” kata Agus.
Saat ini Mary Jane beserta sembilan terpidana mati sudah dikumpulkan jaksa eksekutor di Nusakambangan. Mereka adalah Martin Anderson (Nigeria), Raheem Agbajee Salame (Nigeria), Okwudili Oyatanze (Nigeria), Sylvester Obiekwe Nwolise (Nigeria), Rodrigo Gularte (Brazil), Andrew Chan (Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Serge Areski Atlaoi (Prancis), dan Zainal Abidin (Indonesia). Kejaksaan Agung menyatakan sudah mengirim surat perintah persiapan pelaksanan eksekusi kepada jaksa eksekutor di lima Kejaksaan Tinggi yang punya terpidana mati.
INDRA WIJAYA