TEMPO.CO, Jakarta - Aksi kekerasan yang menyuarakan protes atas kematian pria kulit hitam, Freddie Gray, di Baltimore, negara bagian Maryland, masih berlanjut. BBC News melansir, sekitar tujuh polisi mengalami luka-luka akibat diserang massa bersenjatakan batu.
Freddie Gray ditangkap oleh polisi pada 12 April lalu. Gray yang mengalami cedera tulang belakang, tewas sepekan kemudian dalam tahanan. Ia diduga menjadi korban kebrutalan polisi.
Gubernur Maryland Larry Hogan telah mengumumkan kondisi darurat. Hal ini membuat kawasan Baltimore menjadi mencekam. Aksi massa terjadi beberapa jam setelah pemakaman Gray yang dihadiri ribuan pelayat, teman, kerabat, pejabat pemerintah di Gedung Putih, dan pejuang hak asasi manusia, Jesse Jackson dan Dick Gregory.
Para pemuda yang marah mengepung sebuah mobil polisi dan memukulinya, sementara mobil lainnya dibakar. Sebuah apotek setempat juga menjadi korban penjarahan. Para demonstran melempari petugas dengan batu, bata, papan kayu, dan pecahan beton.
Dari pantuan helikopter, Selasa, 28 April 2015, api masih terlihat membakar sebuah gedung farmasi. Massa tampak masih berkumpul sambil terus berteriak dan melemparkan batu.
Menurut keterangan pihak kepolisian Baltimore, sebagian dari para pengunjuk rasa adalah remaja. Untuk itu, kepolisian mengimbau agar orang tua mengawasi anak-anaknya dan mengajak pulang.
Seorang pastur di Baltimore, Jamal Bryant, mengutuk aksi unjuk rasa yang berujung pada kekerasan. Pastur Jamal pada Senin, juga ikut dalam aksi protes kematian Gray. Ia tidak mengira bila aksi ini berakhir dengan kerusuhan dan penjarahan.
"Hentikan kekerasan, ini tidak mencerminkan semangat untuk memberikan simpati kepada Gray," katanya dalam wawancara dengan stasiun televisi lokal. "Dewan gereja mengimbau agar para pengunjuk rasa segera pulang."
Kapten J. Eric Kowalczyk dari Kepolisian Baltimore berkata, polisi terus berupaya untuk mengendalikan massa. Pihak kepolisian akan menembakkan gas air mata dan bola lada bila massa semakin brutal.
"Ini bukan lagi aksi unjuk rasa, tapi ini sudah bentuk kekerasan," katanya kepada CNN.
Menurut Gedung Putih, Presiden Barack Obama telah menyampaikan kepada Wali Kota Baltimore Stephanie Rawling bahwa pemerintah pusat akan memberikan bantuan untuk perbaikan kerusakan.
BBC NEWS | SETIAWAN ADIWIJAYA