TEMPO.CO , Jakarta:- Lindu berkekuatan 7,8 skala richter melanda Nepal dan membuat korban tewas hingga 3.000 ribu jiwa. Namun, kesedihan tidak berhenti sampai di situ, gempa juga meratakan beberapa bangunan yang menjadi ciri khas negeri tempat lahir Sidharta Gautama atau Buddha ini.
"Kerusakannya sangat fatal dan tidak akan bisa diganti," ujar Christian Manhart, perwakilan UNESCO untuk Nepal, sebagaimana dilansir kantor berita Prancis, AFP, pada Senin, 27 April 2015.
Di Ibukota Kathmandu, puluhan kuil dan patung yang dibangun sejak abad 12 dan 18 runtuh dan menimbun biksu serta orang lain di dalamnya. Bangunan tersebut dibangun di kala Nepal masih dipimpin oleh Raja.
Bangunan lainnya adalah menara Dharahara, yang menjadi landmark kota Kathmandu. Dharahara adalah menara sembilan tingkat yang dikelilingi 200 anak tangga.
Menara Dharahara bagi Nepal adalah simbol terbentuknya pemerintahan modern yang dikepalai Mukhtiyar atau Perdana Menteri perdana, Bhimsen Thapa. Sebelumnya, bangunan yang berfungsi sebagai 'mercusuar' militer ini uga pernah rusak berat akibat gempa pada 1934, hingga kemudian direnovasi.
Kini, yang tersisa dari Menara Dharahara hanyalah fondasi. Lapangan Durbar, area yang mengalasi menara, juga turut hancur.
Selain menara dan kuil, istana di kota Patan dan Bhaktapur juga hancur. Istana ini adalah sisa-sisa kerajaan Nepal kuno di Lembah Kathmandu.
Kerusakan juga terjadi di Kecamatan Lumbini, Kota Rupandehi, yang merupakan tempat lahir dan pencerahan Buddha 2600 pada ahun lalu. Hingga saat ini, UNESCO belum bisa mendata secara pasti berapa jumlah kuil yang hancur di daerah ini.
Banyaknya situs bersejarah di Negara ini membuat sektor pariwisata menopang 40 persen pendapatan Nepal. Setiap tahunnya, kurang lebih 800.000 wisatawan asing datang ke negara yang menjadi pintu gerbang Pegunungan Himalaya ini.
ROBBY IRFANY | AFP