TEMPO.CO, Lumajang - Lebih kurang 400 pendaki mulai mendaki Gunung Semeru, Jumat, 1 Mei 2015. Hal ini menandai dibukanya kembali secara resmi jalur pendakian ke gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut ini. "Alhamdulillah, hari ini sudah dibuka jalur pendakiannya," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS), Ayu Dewi Utari, Jumat. Ayu mengatakan, pendakian perdana dari Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Para pendaki ini bahkan ada yang sejak dua hari sebelumnya menginap di Ranupani. Pada Sabtu dan Minggu, 2-3 Mei 2015, diperkirakan 500 pendaki yang akan naik. "Kami batasi 500 pendaki per hari. Ayu menyarankan pendaki tidak ke Kalimati dulu karena suhunya sudah mulai dingin. "Lebih baik mendirikan tenda di Ranu Kumbolo saja," katanya. Pendaki dilarang untuk membuat api unggun. "Awas, jangan melanggar aturan ini," kata dia.
Pendakian hanya diperbolehkan hingga Kalimati saja. Dia juga berharap pendaki melalui jalur yang lazim didaki. "Beberapa waktu lalu sebelum pendakian ditutup ada yang tersesat karena menerabas jalur," kata dia. Ayu juga mengingatkan kepada pendaki untuk mendirikan tenda di tempat yang sudah disediakan. "Sudah ada jalur yang disediakan petugas. Kami berharap ini dipatuhi oleh pendaki," ujarnya. Persoalan sampah juga menjadi salah satu yang penting disampaikan kepada pendaki.
"Bawa turun sampah. Jangan dibuang di atas," katanya. Sebelum penutupan pendakian beberapa waktu lalu, pihak TN BTS membawa turun sampah seberat 1 ton yang ditinggalkan pendaki. BB TN BTS mengenakan tarif bagi wisatawan yang melakukan pendakian ke Semeru. Setiap wisatawan nusantara dikenakan tarif Rp 17.500 perorang pada hari kerja dan Rp 22.500 perorang pada hari libur. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara yang mendaki pada hari kerja dikenai tarif 207.500 perorang dan 307.500 pada hari libur. Tiket sudah termasuk asuransi kecelakaan. Pengenaan tarif ini berlaku sejak 5 Mei 2014 lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasi pendakian Semeru hanya sampai di Pos Kalimati. Potensi konsentrasi peningkatan gas beracun dari kawah Jonggring Seloka di puncak Mahameru menjadi salah satu pertimbangan PVMBG mengapa pendakian dibatasi hingga Kalimati saja.
Dalam rapat koordinasi yang digelar di Lumajang itu, pengamat Gunung Semeru mengatakan letusan asap yang bersinggungan dengan kabut di puncak Semeru berpotensi menjadi gas beracun. Berbeda ketika ada sinar matahari, letusan asap akan terlontar ke atas. Namun jika kabut masih tebal, letusan asap akan bercampur dengan kabut dan meracuni udara yang ada di puncak Mahameru. Ini sangat berbahaya buat pendaki yang ngotot ke puncak Mahameru.
DAVID PRIYASIDHARTA