TEMPO.CO , Yogyakarta: Permaisuri raja Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Hemas mempunyai kenangan tersendiri tentang gerobak sapi. Saat masih remaja, Ratu Hemas juga mempunyai nostalgia naik gerobak sapi di sekitar Tugu dan jembatan Gondolayu Yogyakarta.
"Saya juga mempunyai kenangan tersendiri naik gerobak sapi," kata Ratu Hemas Kamis, 30 April 2015.
Ratu Hemas mengomentari hal tersebut terkait wisata naik gerobak sapi keliling desa dan candi. Warga Dusun Somodaran Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan Sleman bersama Paguyuban Gerobak Sapi Makarti Roso Manunggal dan PT Gamawisata menyediakan fasilitas itu. Bahkan, wisatawan diajak minum teh di kebun pohon jati di sekitar Omah Teh.
Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu mengatakan, dengan memberdayakan gerobak sapi untuk wisata, juga menambah perbaikan ekonomi masyarakat sekitar. Para ibu juga semakin baik ekonominya karena terlibat dalam industri wisata si desa itu. "Ini menambah pemasukan ekonomi warga," kata Yuni.
Sebelum alat transportasi bermesin berkembang pesat, warga desa mengandalkan alat transportasi gerobak sapi. Namun, karena serangan dahsyat kendaraan bermotor, gerobak sapi semakin terpinggirkan.
Gerobak-gerobak sapi seperti di Kabupaten Sleman saat ini jarang digunakan untuk kegiatan bertani. Untuk mengoptimalkan pemanfaatannya, gerobak sapi digunakan untuk keperluan wisata.
Para wisatawan diajak belajar bermain dan keterampilan yang dimiliki oleh warga desa. Mereka diajak keliling dan menuju candi abad ke 9 yaitu Candi Sari uang berjarak 2 kilometer. Tak hanya itu, wisatawan juga diajak menyusuri pinggiran Selokan Mataram, aliran irigasi bersejarah yang masih bermanfaat hingga saat ini.
Untuk paket wisata gerobak sapi yang dipusatkan di Omah Teh di Somodaran,setiap orang akan dikenakan biaya antara Rp 150 ribu an. Wisatawan bisa berkeliling selama 3 jam dengan gerobak sapi yang dikendalikan oleh bajingan, pengemudi gerobak sapi.
MUH SYAIFULLAH