TEMPO.CO,Miami: Seorang pria asal Florida Selatan, Amerika Serikat, geram dan menggugat rumah sakit karena menemukan kakinya yang telah diamputasi di tempat sampah, dengan nama dia yang masih melekat di kaki itu. John Timiriasieff, 56 tahun, menjalani amputasi kaki kanan di bawah lutut di Rumah Sakit Doctors, Coral Gables, pada Oktober lalu.
“Bukannya membuang anggota tubuh penggugat di tempat yang layak seperti diatur dalam hukum Florida, Rumah Sakit Doctors membuat kaki penggugat ke tempat sampah masih dengan tag nama penggugat,” demikian pernyataan dalam berkas gugatan yang diajukan pengadilan wilayah Miami-Dade seperti dilansir Reuters, Sabtu, 2 Mei 2015.
Akibatnya, sebulan kemudian keluarga Timiriasieff dihubungi detektif kasus pembunuhan yang menyelidiki apakah dia menjadi korban permainan kotor. Pihak keluarga lalu meminta penjelasan dari rumah sakit. Namun, pihak rumah sakit menyatakan tidak akan memberi penjelasan soal apa yang terjadi.
Doctors Hospital Inc, cabang dari pusat kesehatan Baptist Health South Florida Inc, menyatakan mereka tidak akan membahas detail insiden tersebut dengan pertimbangan privasi pasien.
“Yang bisa kami katakan, ketika Rumah Sakit Doctors diberitahu situasi ini, para pemimpin rumah sakit mengambil langkah untuk menyelesaikannya,” demikian pernyataan rumah sakit lewat surat elektronik kepada Reuters. “Prosedur telah diambil untuk mencegah kejadian itu terulang lagi.”
"Biasanya, organ tubuh yang diamputasi segera dibakar pihak rumah sakit,” kata Clay Roberts, pengacara Timiriasieff. Roberts mengatakan dia menulis surat kepada rumah sakit pada Januari lalu tetapi tidak dibalas.
Dalam gugatannya, Timiriasieff menggambarkan perilaku rumah sakit sebagai “keterlaluan dan melampaui batas kesopanan karena menganggap organ tubuh manusia sebagai najis dan sangat tidak dapat ditoleransi masyarakat yang beradab.”
Kaki itu ditemukan di fasilitas pembuangan sampah dan dilaporkan kepada polisi. Roberts mengatakan kliennya sangat kesal pada ketidakpedulian rumah sakit untuk bertanggung jawab atas tekanan emosional yang dialami akibat keteledoran mereka, serta gagal melindungi informasi medis pribadi. “Saya pernah mendengar pasien yang salah diamputasi, tapi rumah sakit tidak boleh membuangnya begitu saja,” kata Roberts.
REUTERS | NATALIA SANTI